Sabtu

Selingkuh Kehangatan Tante Wiwik

Satria adalah anak tunggal bu Wiwiek. Sejak kelas 1 SMA dia dipindahkan oleh ayahnya ke tempat neneknya bersekolah. Perpisahan antara Wiwiek dengan suaminya tak terelakkan, setelah menurut suami Wiwiek dia berselingkuh. Perselingkuhan itu memang benar terjadi, tapi hanya laporan orang, karena Wiwiek juga pintar menjaga rahasia. Setelah sekian tahun berpisah dan kemudian suami Wiwiek sudah berobat kemana-mana dan kontolnya diangap bisa berfungsi, akhirnya mereka rujuk kembali.


Saat itu pun Satria sudah lulus SMA dan dia ditarik kembali ke rumah mereka. Pada saat itu suami Wiwiek berada di kota dan sekali seminggu pulang ke kebun teh seluas 20 hektar milik mereka. Wiwiek sengaja di tempatkan di sana, agar tidak berselingkuh. Mereka hanya berhubungan suami isteri sekali dalam seminggu, itu pun kalau suami Wiwiek tidak sedang sibuk. 

Satria langsung ke villa di kebun teh, atas surahan ayahnya, agar dapat istirahat barang seminggu, menunggu pendaftaran di perguruan tinggi ternama. Satria tiba di villa kebun teh dan menekan bell. Villa itu sepi sekali. Satria sudah kedinginan. Bayangkan biasanya di Semarang, lalu pindah ke kebun teh yang sangat dingin di sore hari. Angin berhembus dari segala penjuru ke villa yang tempatnya di ketinggian. Betapa senangnya Wiwiek melihat anaknya muncul di depan pintu. Tiga tahun berpisah, membuatnya sangat rindu dan Satria juga sangat rindu. Langsung Wiwiek memeluk anaknya dan mencium bibirnya. Satria terkejut sekali.

Setelah pintu dikunci dan mereka ke ruang tengah, Wiwiek langsung memeluk Satria dan menciuminya. Tangannya meraba-raba kontol Satria dari balik celananya.
"Mama..."
"Ya sayang. Aku sangat mencintaimu. Aku tak sanggup berpisah denganmu."
Satria heran, kenapa ibunya demikian. Apakah ibunya sudah gila? Melihat tubuh ibunya yang sintal dan semakin cantik dan menggairahkan, Satria bergetar juga. Dengan cepat ibunya melepas dasternya. Cepat pula dia melepas bra dan menurunkan celana dalamnya. Wiwiek yang sudah kesetanan sudah telanjang bulat.
"Mama...?
"Kalau hanya kita berdua, aku bukan ibumu nak. Aku kekasihmu. Puasi ibu nak. Sudah lama aku menungumu. Aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Kini aku juga tidak berselingkuh. Tapi aku ingin bersetubuh denganmu, sayangku, cintaku..." ibunya menciuminya dan melepas satu persatu kancing baju Satria dan melepas semua yang ada. Angin terus berdesir, membawa dingin.
"Kita ke kamar sayang..." diseretnya tubuh Satria ke kamar tidurnya dan pintu dikunci rapat.
"Ayo sayang. Puasi mama Nak. Puasi mama sayang..." Ibunya memeluk dan menciumi Satria yang sudah telanjang dan terbengong seperti terkena strum. Akhirnya Satria memberikan ciuman hangat pada ibunya. Mereka saling berpelukan.
"Oh... sayang, kontolmu sangat besar dan keras sayang. Belum pernah menusuk memek perempuan lain kan?" kata Wiwiek. 
"Belum Ma.."
"Bagus, sekarang puasi ibu nak. Ibu sudah lama tidak terpuasi. Ayo sayang, ayolah..."
Ditariknya Satria anaknya itu menindihnya. Disodorkannya teteknya ke mulut anaknya itu.
"Isap sayang-isap. Ayo Nak, puasi ibu nak, ayo sayang..." Satria juga sudah mulai bernafsu. Mereka melupakan diri mereak antara ibu dan anak. Mereka sepadang anak manusia yang benar-benar sedang saling membuituhkan.

Wiwiek tak mampu membendung keinginannya. Dia melakukan berbagai gerakan dari bawah dan anaknya memompanya dari atas. Pergumulan yang keras dan hangat itu membuat keduanya berpelukan rapat dalam udara dingin. Di luar angin terdengan menderu-deru.
"Ayo sayang, buntingi Mama nak. Buntingi Mama Nak, biar papamu merasa anak mu adalah anaknya. Ayo sayang..."
"Ya, Mam.. aku akan membuntingimu."
"Terima kasih sayang... tujah sedalam-dalamnya memek mama sayang. Enak kan? Nikmat, kan? Ayo sayang.... ayo," cerocos Wiwiek pada anaknya. Keduanya sudah tak perduli. Malam sekitar pukul 19.00, pak Amat dan Pak Ujang baru datang menjaga rumah mereka. Itu pun jauh digerbang dan satu atau setengah jam sekali, mereka baru ronda mengelilingi rumah. Sebenarnya di kawasan ityu tak ada maling. Tapi sebagai sebuah rumah besar dan milik bos harus dijaga, agar kesannya kelihatan lebih elite.
"Habisi mama sayang," teriak Wiwiek. Satria terus menggenjo tubuh ibunya dengan kerakusannya. Suara bunyi air berkecipak di dalam memek Wiwiek terdengar sebagai irama musik yang indah. Bibir mereka saling berpagut, lidah mereka saling berkait. Desir angin yang kuat menyelusup dari kisi-kisi jendela membuat mereka dingin. Mereka menutupi tubuh mereka pakai selimut tebal sampai ke leher. Selimut itu seperti bergelombang.

"Kamu ingin punya anak, kan sayang..." kata Wiwiek sembari terus menggoyang pantatnya dari bawah.
"Ingin, Ma. Aku ingin punya anak."
"Nanti kamu harus menyayanginya ya. Jaga diabaik-baik dan sekolahkan setingi-tingginya."
"Ya. Mam."
"Nah... buntingi mama sayang,. Semprotkan spermamu sebanyak-banyaknya ke dalam memek mama sayang. Kontolmu besar dan enak sekali. Ayo Nak," Wiwiek terus menyerocos seperti orang kesurupan. Satria anaknya pun terus memeompa.

"Ma, apa nanti tidak ketahuan?"
"Tidak sayang. Kita jaga rahasia. Ayo sayang, buntingi Mama sayang. Mama mau punya anak darimu, bukan dari Papamu sibajingan itu. Ayo sayang, tujah memek mama sepuasmu," kata Wiwiek mendesah-desah. Sesekali dijilatinya leher anaknya, sesekali digigitnya bahu anaknya itu. 
"Ma... aku sudah mau keluar Ma..."
"Ya sayang, mama juga sudah mau keluar. Ayolah, kita sama -sama dan keluarkan yang banyak sayang..."
"Ya Mam... ini dia," Satria memeluk mamanya sekuat tenaganya dan tubuhnya kejang. Wiwiek memeluk anaknya dengan kuat dari bawah dan berteriak sekuat tenaganya memenuhi kamarnya.
"Buntingi mama sayaaaaaannnngggg..."
"Ya Ma. Mama harus Bunting..." Bisik Satria. Mereka bepelukan dengan kuat dan saling mendesahkan nafasnya dengan kuat.

"Terima kasih sayang... terima kasih. Doakan mama bunting dan anakmu akan lahir semibilan bulan kemudian," kata Wiwiek.
Sejak saat itu, jika hanya  mereka berdua di Villa, keduanya bukan seperti ibu dan anak, melainkan sebagai sepasang kekasih. Setiap hari mereka berpelukan, berciuman, bermesraan dan saling membelai. Setiap sabtu, suami Wiwiek pulang ke villa. Mereka pasti melakukan persetubuhan. Ya.. hanya sekali dalam seminggu. Biasanya Wiwiek akan selalu dingin, walau nafas suaminya sudah ngos-ngosan.
Sabtu pagi, biasanya suaminya pulang ke kota dan Satria berangkat senin pagi, karena dia pada senin kuliah siang. Saat itu, mereka lakukan dengan penuh kemesraan dan penuh kenikmatan.

"Sayang... rabalah perut Mama sayang. Bayimu sudah ada didalam. Sudah tiga minggu menurut dokter," kata Wiwiek senang. Satria senang sekali. Bayinya sudah tumbuh dalam rahim ibunya.
"Bayi ini, hasil kontolmu sayang," kata Wiwiek.
"Ya Ma. Mama harus menjaga anakku dengan baik," kata Satria.
"Anak kita sayang. Anak kita berdua. Ingat itu. Dan ini rahasia kita."
"Ya Ma."
"Kamu mau punya anak berapa dari mama sayang?"
"Dua Ma. Bila aku sudah tamat kuliah, mereka sudah masuk TK dan play grup. Saat aku belum berusia 40 tahun, mereka sudah sarjana, Ma."
"Ya sayang. Tapi Mama mau dientoti lagi sayang. Puasi mama sayang. Mama tak pernah puas akan kontolmu sayang."
"Ya, Ma. Kontolku akan memuaskan Mama"
Mereka bergumul dan saling memeluk, membelai, menjilat dan memberikan yang terbaik pada lawannya. Keduanya puas dan sangat menikmati hari-hari mereka. Papa Satria juga senang, karena sebentar lagi, dia mengira anaknya akan lahir. Setiap kali dia mengelus perut Wiwiek, Wiwiek tersenyum dan dari beberapa meter, Satria mencibirkan bibirnya. Wieik melihat itu.

Dua tahun kemudian, Wiwiek bunting lagi. Satria senang bukan main. Tapi kali ini, ini diapunya rencana. Dia membubuhi beberapa tetes racun ke dalam gelas papanya. Itu disaksikan oleh Wiwiek dan Wiwiek tersenyum. Setiap pulang ke Villa, Papanya ditetesi dua tiga tetes ke gelas minumnya. Terkadang bahkan dua sampai tiga akli.
Saat kandungan Wiwiek sudah tujuh bulan, Suami Wiwiek terjatuh di kantornya dan harus dibawa ke rumahsakit. Tiga hari di rumahsakit, suaminya mati.

"Ma... suamimu sudah mati," kata Satria melalui telepon saat menyetor mobilnya menuju Jakarta. 
"Hahahaha... baguslah. Kamu urus kuburannya. Malam ini Mama ke Jakarta," kata Wiwiek. Wiwiek menangis sejadi-jadinya di hadapan jenazah suaminya. Semua orang terharu. Semuanya mengucapkan rasa belasungkawa. Esoknya jenazah suaminya di makamkan. Malam itu juga mereka pulang ke villa, karena dia akan tahlil bersama para karyawan di villa. Semua orang dapat mahfum. 
Setiap malam seusai tahlil, Satria dan Wieiek tidur sekamar dan berpelukan dengan mesra.
"Semua orang tau, Mama sudah bunting sayang. Sekarang tak ada lagi yang menghalangi kita. Kita bebas," kata Wiwiek. Satria tersenyum.
"Kalau bayi ini sudah lahir, rahim mama harus ditutup agar tak bunting lagi," kata Satria.
"Ok sayang. Mama juga berpikiran seperti itu."
Mereka tersenyum dan sama-sama menelanjangi dirinya dan mengunci kamar tidur mereka..
Bersambung...

Related Posts

Selingkuh Kehangatan Tante Wiwik
4/ 5
Oleh

Cewek Bisyar, cerita selingkuh dengan teman kantor, Toket tante, cerita cewek bispak, cerita sex dewasa, cerita sex dokter, cerita sex Tante, cerita setengah baya, cerita toket, ngentot basah.