Senin

Emmi kembali menggigit bibir, namun tak memberikan perlawanan

Emmi kembali menggigit bibir, namun tak memberikan perlawanan Sebelum menduga silahkan siapkan tisu terlebih dahulu, terlindung menikmati.

Ura-ura cerita kelamin dewasa bergambar terbaru, terpanas dan temesumSaling Meraba Puting Gadis SMP, Skandal Relasi Sejenis


Beginilah cerita kelamin sejenis itu bermula, Fani menghempaskan pantatnya di sofa lalu duduk bersila lalu menenggak larutan putih dari gelasnya. “Udah selesai belum? ” tanyanya pada Emmi yang duduk di dasar mengerjakan soal-soal latihan matematika di meja ruang tamu rumah Fani. “Dikit lagi kok, ” jawab Emmi tanpa membawa wajah dari buku-buku dalam depannya.


Fani mengamati roman Emmi yang serius menyembunyikan tugasnya. Walaupun berambut cepak cepak sebagaimana lelaki, akan tetapi Emmi uniform tak dapat menyembunyikan kebaikan wajahnya, yang ditunjang sambil tubuhnya yang langsing secara sepasang tetek yang pas besar, tumbuh lebih lekas daripada para gadis famili 1 SMP sebayanya.


Fani memang punya tanda tersendiri bersikap mengajari Emmi matematika dalam rumahnya saat ulangan biasa ini. Walaupun menjadi korban banyak pemuda di sekolahnya, tak satu pun memperoleh sambutan dari Fani. Pasalnya gadis mempesona berambut berjarak yang segera berkembang cukup umur dan mulai dari mempunyai kakas seksual itu ternyata tak tertarik menurut lawan macam, ia lebih menyukai bertanding dan bersengkarut dengan sesama gadis.


Tatkala Emmi, adinda kelas yang memang telah lama ia sukai itu meminta Fani yang kadang terkenal menyimpangkan pintar di antara murid-murid famili 2 untuk mengajarinya matematika, Fani tak menyia-nyiakan teknik Emas itu. “Udah nih! ” memotong Emmi serempak, menyentakkan Fani dari lamunannya.


Fani menyimak Emmi yang mengacungkan lektur di depannya sambil tersenyum, lesung pipitnya tercetak demikian dalam pada pipinya yang putih terbuka itu, menghasilkan wajahnya sebagai semakin mendongkolkan. Sambil mengambil buku tersebut, Fani mencoret jauh-jauh pikirannya yang rugi ke mana-mana, “Sini hamba periksa! ” tukasnya.


Kental selesai Fani memeriksa telatah “muridnya” tersebut ketika serempak ibunya terbit di celah tamu memaparkan bahwa ia akan mengikuti ayah Fani ke pangkalan sambil mengangkat adik Fani yang tetap kecil, dan kemudian dari kian langsung sampai Sukabumi olehkarena itu ada dulur mereka yang sakit muluk.


Fani diminta menjaga graha baik-baik bertepatan Iroh, si pembantu keluarga. Telah terpelajar mandiri mulai kecil, Fani tak merasakan berat beserta keadaan tersebut. Tak lelet, ibu serta adiknya menghindar naik taksi dan Fani pun menyimpan memeriksa pendidikan Emmi. “Lumayan, cuma wahid yang khilaf.


Lu cepet ngerti pula ya, Em? ” perintah Fani. Emmi tersenyum takut-takut mendengar tepuk tangan ini, dan kemudian pamit untuk pulang olehkarena itu hari sudah biasa menjelang silam. “Eh, tanpa dulu dong! Emanng yang salah tersebut nggak rencana dikoreksi lepas? Sekalian deh gue jelasin kesalahannya, agar lu ngerti, ” perintah Fani.


“Tapi entar hamba pulang kemalemann, Fan, ” jawab Emmi bingung. “Gini aja. Sira telepon saja nyokap sira. Bilang sira nginep disini malem tersebut. Sekalian nemenin gue, ” balas Fani. Walaupun ucapan bicaranya sepatutnya, dalam membenang Fani luar biasa berharap Emmi menyambut usulnya ini. “Kalo dikasih, ye? ” elakan Emmi menghasilkan Fani lapang dada.


Emmi yang mengagumi uda kelasnya yang cantik serta pintar tersebut sebenarnya benar-benar senang diajak menginap. Oleh sebab itu ia pula biar menelepon di rumahnya serta ternyata formal untuk menginap. Dengan semarak, Fani memangku leher Emmi, dan mengajaknya ke meja makan untuk makan silam. Lengannya tanggal dengan rileks kalem di segi Emmi tengah mereka lari. Cerita Seks Bergambar


Walau tampil santai, sedianya Fani luar biasa berdebar-debar mereguk buah dada pelan adik kelasnya ini bergesek-gesek dengan tangannya. Tapi apa-apa lacur, reses tak rumpang membuat Fani terpaksa melepas rangkulannya. Jadi makan, tersebut pun melanjutkan pelajaran beserta serius, terlintas Fani pula biar melupakan kegemparan gairah sedikit yang pernah ia rasakan.


“Udeh lepas ye, Fan? ” undangan Emmi sehabis sekitar 1, 5 weker belajar, “Otak gue udeh butek nih! ” lanjutnya setengah menunggu. “Iya deh. Gue pula udah lejar, ” elakan Fani, “Yuk ah! ” katanya serta berdiri menyimpan buku-buku pada meja mencopet.


Mereka menyesar ke ruang Fani serta Emmi tepat menghenyakkan tubuhnya di tilam sementara Fani sendiri hidup di status meja belajarnya. Mereka mengoceh tak tetap arah kurang lebih saat begitu akhirnya petunjuk obrolan entah kenapa start menyinggung di arah yang sensitif. “Ooh, jadi sira udah menstruasi? ” perintah Fani, dan kemudian dilanjutkan, “Jadi udah sejahtera cowok dong? ” “Tapi gue tetap males mencekau pacar. Cowok-cowok pada kerokot sih! Nggak demen hamba! ” balasan Emmi.


Fani yang merasakan mendapat siklon langsung menyasarkan pembicaraan. “Lha, gue kirain toket sira gede olehkarena itu sering dipegang-pegang ama tambatan hati lu. ” “Enggak lagi. Ini Mamak dari sononya begini, ” jawab Emmi sambil menyimak buah dadanya, “Kayaknya agaknya Emang sanak saudara, keluarga hamba yang putri toketnya Mamak gede-gede. ”


Fani yang mulai gembur dengan petunjuk pembicaraan tersebut merasa merekam jalan serta terus menjepit. Ia merintis kaosnya, mengucapkan mini atur menutupi risiko dadanya yang sedikit, walaupun tampil mulai berkembang. “Kayaknya toket gue nggak gede-gede deh, ” ujarnya sambil melurut mini atur dari dadanya, menampilkan putingnya yang mempunyai warna coklat lembut, “Gue pengen segede memiliki lu, Em. ” Emmi terhenyak mengamati kakak kelasnya dengan rileks kalem bertelanjang segi di depannya.


Seumur kehidupan ia belum pernah mengamati wanita terbuka, bahkan ibunya sendiri. Fani melanjutkan serangannya. “Coba deh lihat toket lu. ” Emmi tambah terbelalak. “Ah, malu ah gue! ” “Idih, ngapain malu lagi! Kan nggak ada bujang, ” memotong Fani, “Ayo buka saja. ” Taksiran bingung tapi bangga beserta perhatian si kakak kualitas, Emmi pula biar akhirnya melurut kaos daripada tubuhnya, mengucapkan BH bersih yang memeram buah dadanya.


Fani menyesar ke tilam dan hidup di tamat Emmi, tepat meraih serta melepaskan rompak BH Emmi. Wajah Emmi bersemu berma, apalagi ketika Fani melepas BH-nya dan kemudian menarik lengannya, membalikkan badannya hingga waktu ini mereka hidup berhadapan pada ranjang, sama-sama bertelanjang segi. Emmi tertunduk sementara Fani merasakan darahnya berdesir pirsa pemandangan menawan sepasang susu berukuran 34 di hadapannya ini.


Fani menelan ludah berusaha menyetir[ki] pengalaman erotis pertamanya tersebut. Ia melihat wajah Emmi yang menghindari kontak mata dengannya. “Em, lu kok malu sih? Toket lu bagus lagi. ” Emmi melirik Fani, “Segini sih kecil, Fan. Kakak gue pake BH nomor 36B. ” “Ya dia kan udah kuliah, ” tukas Fani, “Untuk usia lu, toket lu tuh udah gede. ” Wajah Emmi semakin memerah dengan perasaan malu bercampur bangga akan pujian kakak kelasnya yang cantik ini.


Sementara di lain pihak, Fani sendiri sEmmikin berdebar-debar dan memberanikan diri melanjutkan eksperimen seksualnya. “Gue pegang, ya? ” pinta Fani sambil menatap Emmi. Gadis manis berambut cepak ini ternyata masih belum berani menatap Fani dan tak memberi jawaban apa-apa.


Fani menganggap Emmi tak menolak dan segera meraih dada adik kelasnya ini. Emmi menggigit bibir. “Hi hi hi hi hi.. ” Emmi terkikik saat Fani mengelus-elus buah dadanya dengan jantung berdebar-debar, “Geli, Fan! ” lanjut Emmi lagi. “Gue mau ngerasain juga dong! ” tukas Fani sambil meraih tangan Emmi dan menuntunnya ke arah dadanya.


Emmi kembali menggigit bibir, namun tak memberikan perlawanan. Tangannya menyentuh puting Fani dan ia pun menggerakkan tangannya berputar-putar meraba buah dada Fani. Emmi terpesona saat ia melirik wajah kakak kelasnya ini dan tampak Fani memejamkan mata sambil menggigit bibir. Tampak sekali bahwa Fani sangat menikmati sentuhannya. “Enak ya, Fan? ” tanya Emmi setengah bingung, Fani hanya menganggukkan kepala tanpa membuka mata, “Coba lu raba gue lagi dong, ” pinta Emmi penasaran.


Kedua gadis itu pun saling meraba buah dada masing-masing beberapa saat. Tampak Fani sangat menikmati sensasi seksual pertamanya ini. Kulit telanjang mereka sama-sama tampak merinding. Fani melepaskan tangannya dari dada Emmi, lalu menghela napas panjang, menikmati dengan sepenuh hati rangsangan gairah pertamanya ini, sementara Emmi kembali terkikik geli.


Fani bangkit dan menarik lengan Emmi agar mengikutinya berdiri. “Lu mau tahu nggak rasanya kalo pacaran ama cowok? ” tanya Fani yang membuat Emmi bingung tak mengerti. Fani melanjutkan, “Gue juga belom pernah. Kita cobain yuk?! ” Emmi sEmmikin tak paham maksud Fani, namun diam saja saat Fani membungkukkan badannya dan langsung mengulum puting Emmi dengan lembut.


Emmi tersentak dan sontak mundur sambil mendorong kepala Fani, “Gila lu, Fan! Geli lagi! Lihat tuh gue sampe merinding! ” tukas Emmi menunjukkan seluruh kulit tubuhnya yang mEmming berbintik-bintik merinding. Tetap dalam posisi membungkuk, Fani melirik sang adik kelas sambil berkata, “Namanya juga baru nyobain. Lu rasain aja dulu. Kata orang-orang enak. ”


Fani merengkuh pinggang Emmi dan menariknya mendekat, sementara Emmi yang kebingungan dengan pengalaman pertama yang baginya sangat aneh ini tak kuasa melawan. Dengan jantung berdebar penuh perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, Fani kembali menempelkan bibir mungilnya yang basah itu pada puting Emmi dan dengan lembut mEmmisukkan puting berwarna gelap itu ke dalam mulutnya.


Ia mengulum puting Emmi dengan lembut sementara Emmi menggigit bibir menahan rasa geli hebat yang kembali membuat seluruh tubuhnya merinding. Tak lama hingga Emmi merasakan rasa geli berubah menjadi perasaan berdesir yang tak ia pahami dan tak bisa ia jelaskan.


Setiap hisapan Fani memberikan sEmmicam perasaan tersetrum ringan yang nikmat dan lenguhan kecil terlepas dari bibirnya tanpa terkendali, “Uhh.. ” Terkesiap mendengar ini, Fani menghentikan hisapannya dan bangkit menatap Emmi, “Enak ya, Em? ” tanyanya dengan polos dan tulus.


Emmi tak bisa menjawab, hanya menganggukkan kepalanya. “Terus terang, gue juga suka banget ngisepin pentil lu, ” lanjut Fani lagi, “Gue nggak bisa jelasin perasaan gue, tapi pokoknya enak banget deh, terangsang banget. ” Emmi kembali hanya mengangguk tanpa bisa bicara.


Kini Fani menarik lengan Emmi dan mendudukkannya di pinggir ranjang, sementara ia sendiri berlutut di lantai, “Gue terusin ya? ” katanya lembut. Tanpa menunggu jawaban dari Emmi, Fani langsung kembali mendaratkan bibirnya di klitoris adik kelasnya yang kekhawatiran itu serta kembali mengulumnya, kali ini beserta gairah yang sEmmikin bertenaga dalam dadanya sendiri. Beserta refleks, Fani mulai mEmmiinkan lidahnya di dalam puting Emmi, membuat Emmi terpekik lumpuh sambil serempak kedua tangannya mencengkeram kepala negeri Fani. Tapi kali ini Emmi tak menyandung Fani. Meskipun ia sekiranya seperti memikat kepala Fani agar mencucut dan menjilati putingnya sEmmikin keras.


Fani sendiri luar biasa menikmati jiwa yang sEmmikin meledak-ledak di dirinya, disematkan reaksi Emmi yang membuatnya sEmmikin terangsang, hingga memotong dan bibirnya sEmmikin sadis menjilati serta menghisapi klitoris Emmi. “Ohh.. ” Emmi mendesah tanpa ia sadari. Fani pula biar melepas mulutnya dari susu Emmi, menghasilkan kekecewaan serta rasa termenung terbersit pada wajah Emmi.


“Gantian dong, Em, ” kata Fani, “Kayaknya sira nikmatin sungguh. Gue kendi juga rencana ngerasain, ” lanjutnya beserta perasaan padat pengharapan serta antisipasi. Emmi tentunya mEmmihami ini meskipun merasa luar biasa aneh mesti menghisap susu sesama perempuan, namun sehabis ia mereguk kenikmatan serta rangsangan jiwa yang pertama kali ini ia rasakan, ia tahu Fani pasti bakal merasakan kesedapan yang sama.


Oleh sebab itu kini Fani duduk pada pinggir tilam dan Emmi, masih wajar duduk pada pinggir tilam, membungkukkan awak dan start mengulum serta menghisap klitoris Fani. “Ngghh.. ” lenguhan Fani tepat meledak demikian bibir becek Emmi mencucut putingnya yang sedikit dan afiat itu.


Pacar Fani tertutup rapat provisional darahnya meramas jantung oleh stimulan dan kesedapan hebat yang baru saat ini ia rasakan. Tahu uda kelasnya merasai ini, Emmi sEmmikin santai dan melanjutkan hisapan serta jilatannya di dalam puting Fani, bahkan sEmmikin lama sEmmikin liar serta ganas, menghasilkan Fani tertekan mencengkeram kepala negeri Emmi serta merintih-rintih menyudahi gairah, “Aaahh.. ahh.. Emm.. Enak Emm.. ” Emmi sendiri tidak menyangka bakal menikmati kepandaian ini, menggamit tubuh Fani dan sEmmikin menjadi-jadi menghisapi puting Fani. “Ohh.. ohh.. ohh.. terhambat.. stop.. terhambat dulu Em.. ohh.. Emm.. ” desah Fani.


Salah tingkah dan waham tindakannya khilaf hingga Fani tak lagi menikmati tersebut, Emmi keluar menjilati klitoris Fani serta menatap uda kelasnya yang terengah-engah beserta wajah berma padam padat birahi tersebut, “Kenapa, Fan? Nggak segak, ya? ” tanya Emmi bingung. “Gila lu! Tenteram banget lagi, ” balasan Fani, “Cuma gue berasa aneh nih, Em. Sepertinya celana dalem gue makin basah deh. ” Emmi terbeliak sEmmikin bingung mengikuti itu. “Mungkin saking nikmatnya gue berkemih dikit pada celana kesempatan, ” liat Fani sama-sama tak menginterpretasikan.


Fani tepat bangkit muncul dan melepas celana pendeknya, lalu menjamah celana dalamnya, “Tuh kendi! Bener becek! ” tukasnya lalu ia mencium tangannya yang pertama ia mengenakan meraba selangkangannya itu, “Tapi bukan berkemih nih, Em. Nggak hancing tuh! ” ujar Fani yang dilanjutkannya dengan melurut celana dalamnya hingga waktu ini ia benar-benar telanjang kuat berdiri lepas Emmi.


Fani memeriksa serawal dalamnya serta mendapatkan lumayan lendir suci melekat pada celana dalamnya. “Ih, bener, bukan berkemih, Em. Lendir nih! ” tukas Fani sambil mengikuti ke petunjuk Emmi serta terkejut mengamati Emmi tampil duduk beserta gelisah serta menggerak-gerakkan pahanya dengan pacar tampak menusuk. “Naah, sira juga becek ya, Em? ” hunus Fani mencengangkan Emmi!


Spontan Fani memikat lengan Emmi hingga ari kelasnya tersebut berdiri pada depannya, dan kemudian dengan segera Fani membuka celana ringkas sekaligus selampit Emmi yang masih terlalu kebingungan terlintas tak berbuat perlawanan. Fani menarik serawal Emmi roboh dari pergelangan kakinya dan kemudian kembali muncul dan menampilkan lendir suci yang juga ditemui di sesi dalam selampit adik kelasnya yang menawan itu. “Tuh lihat, sira juga menongol lendirnya, Em. ” Emmi hanya senyap sementara Fani sEmmikin bergerak pada produk seksual tersebut yang ternyata berkembang rumpang melebihi perkiraannya.


Dengan semampai kurang lebih 160-an cm serta berat sekitar 45 kg, Fani serta Emmi benar-benar tampak diantaranya sepasang kenya cilik, sama-sama telanjang kuat, berdiri berseberangan, menjelajahi kepandaian seksual mula-mula mereka yang membingungkan, tapi menggairahkan sekali lalu memberi kesedapan hebat.


Fani melempar ke-2 celana dalam di lantai serta mengulurkan tangannya ke selangkangan Emmi. “Ngghh.. ” Emmi melenguh jenjang selagi setruman gairah mahir meledak di dirinya ketika jari Fani menyentuh perkataan vaginanya yang basah tersebut. Lututnya suwir terasa lEmmis dan kepalanya terasa mudah melayang. Kecek Sex


Mengamati tEmminnya ragu-ragu, Fani tepat merangkulnya serta menuntunnya meleset duduk pada ranjang. Fani sendiri hidup di sanding Emmi, memangku pundak Emmi dengan sisi tangan dan kemudian tangan satunya kembali melanjutkan meraba tempik Emmi.


Diiringi desah jiwa Emmi yang sangat merangsang pada telinga si kakak kualitas, Fani menggosok-gosokkan jarinya beserta lembut pada sepanjang perkataan vagina Emmi yang sEmmikin lama tampil sEmmikin mencekah, menampilkan ketuat merah muda afiat dan basah sang perawan cilik. “Hhh.. Fan.. ohh.. ngghh.. mmhh.. ”Fani sEmmikin terangsang dan sEmmikin berani.


Ujung jari tengahnya ia masukkan ke dalam vagina Emmi dan ia gerakkan menggesek daging segar vagina Emmi yang sEmmikin lama sEmmikin banyak mengeluarkan lendir bening itu dari bawah ke atas, hingga menyentuh klitoris Emmi yang mulai mencuat. “Ngk! Ahh.. ” Emmi terpekik menggairahkan saat jari Fani mencapai klitorisnya.


Fani terkejut namun sEmmikin terangsang melihat reaksi nikmat sang adik kelas. Wajah menggEmmiskan Emmi tampak sEmmikin menggairahkan dengan mata terpejam menikmati sentuhan lembut Fani. Mempertahankan kelembutan tekanannya, jari Fani sEmmikin cepat menggesek vagina dan klitoris Emmi, membuat Emmi mendesah dan merintih tak terkendali.


“Hhh.. hh.. ngh.. nghh.. mm.. mm.. ohh.. ” Sementara vagina Fani sendiri sEmmikin basah oleh lendir gairah, Fani sEmmikin terangsang melihat kenikmatan yang jelas-jelas ditunjukkan Emmi di wajahnya, ia pun sEmmikin bergelora dan membungkukkan badannya dan kembali menjilati dan menghisap puting Emmi dengan liar dan bernafsu.


“Ohh.. ohh.. ohh.. Fann.. gillaa.. ohh.. ennak Fan.. mmhh.. ” “Sllrrp.. sllrrpp.. klcp.. klcp.. sllrrpp.. klcp.. mm.. klcp.. klcp.. ” “Mmm.. mm.. mm.. nghh.. nghh.. Faann.. Faann.. Fann.. oh.. oh.. oh.. oh.. ” Desahan dan rintihan Emmi yang dipenuhi kenikmatan sEmmikin terdengar liar dan tak terkendali, sementara Fani yang sEmmikin terangsang menggesekkan jarinya sEmmikin liar di vagina perawan Emmi dan lidah dan bibirnya melahap puting Emmi dengan sEmmikin bernafsu.


Emmi sendiri merasa gelombang kenikmatan memuncak dalam dirinya dan suatu perasaan seperti kesemutan merebak perlahan-lahan ke seluruh tubuhnya. Dengan nafas tersengal-sengal, Emmi mencengkeram erat kepala Fani dan menekannya keras ke buah dadanya, lalu dalam suatu ledakan kenikmatan yang terasa bagaikan tak berujung, Emmi memekik tertahan saat perasaan kesemutan dalam tubuhnya meledak menjadi setruman kenikmatan puncak yang membuat cairan kental tumpah deras dari dalam vaginanya, membasahi jari Fani yang masih liar menggesek-gesek vaginanya.


“Aaakk! ” pekik Emmi sambil dengan refleks menjepit tangan Fani dengan kedua pahanya, sementara tangannya mencengkeram kepala Fani sEmmikin keras dan kepalanya terdongak ke belakang dengan bola mata terputar ke belakang penuh kenikmatan.


Fani yang berusaha menarik tangannya membuat jarinya kembali menggesek vagina Emmi dari bawah ke atas dengan gerakan sangat pelan, membuat Emmi kembali menikmati ledakan-ledakan kenikmatan yang terasa tak kunjung habis, mEmmiksanya menggigit bibirnya.


Akhirnya tangan Fani lepas dari jepitan paha Emmi disertai lenguhan panjang Emmi yang mengakhiri kenikmatan puncak orgasme pertamanya, “Ohh.. ” Fani menatap penuh rasa terpesona dan bergairah saat Emmi ambruk terlentang di kasur dengan mata terpejam dan nafas terengah-engah. Ia menyusul berbaring di samping Emmi dan memeluk tubuh sang adik kelas, langsung dibalas pelukan erat Emmi yang sangat menikmati pengalaman seksual indah ini. Keduanya berpelukan erat, saling menikmati kenyamanan kehangatan tubuh yang lain.


Setelah beberapa saat, akhirnya mereka saling melepas pelukan dan Emmi tersenyum menatap mata Fani. Rasa cinta dan kasih sayang mendalam tersorot jelas dari mata Emmi. Fani mEmmihami perasaan ini dan mengecup bibir Emmi dengan lembut. Mereka lalu terkikik geli bersama-sama, lalu kembali saling berpelukan erat dan Emmi berbisik di telinga Fani, “Fan, gue nggak ngerti perasaan gue saat ini.


Tapi rasanya gue nggak mau pisah dari elu. Gue rasanya sayaang banget ama elu. ” Fani tersenyum dan membalas bisikan sang adik kelas, “Gue juga sayang banget ama elu, Em. Lu jadi pacar gue aja, ya? ” Walaupun tak pernah terpikir akan berpacaran dengan sesama wanita, namun Emmi tak bisa memungkiri perasaannya saat ini, “Iya, Fan. Gue mau jadi pacar elu. Gue cinta ama elu. ”


Mereka melanjutkan berpelukan erat dan hangat selama beberapa saat, lalu Emmi melepas pelukannya dan berkata pada Fani. “Gila, Fan. Lu bikin gue nikmat banget. Sekarang gantian ya, gue yang raba elu? ” “Iya dong, gue juga mau ngerasain kayak elu. Tapi jari lu jangan dimasukin ya? Kayak gue aja tadi, digesek-gesek aja. Gue takut keperawanan gue sobek, ” balas Fani. Emmi hanya mengangguk dan tetap dalam posisi rebahan, ia membuka paha Fani hingga mengangkang lebar, membuka vagina mudanya yang segar merekah, lalu mulai meraba-rabanya dengan jari tengahnya.


Tak memakan waktu lama bagi vagina Fani untuk kembali basah penuh lendir gairah, apalagi saat Emmi mendaratkan bibir dan lidahnya, mempermainkan puting Fani yang mungil itu. Desahan dan rintihan Fani pun akhirnya meledak menjadi pekikan penuh kenikmatan saat orgasme yang liar dan lama, seperti yang dinikmati Emmi, bergejolak dalam tubuh mungil Fani.


Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, Fani dan Emmi berpelukan mesra dan penuh kasih sayang, hingga akhirnya mereka tertidur pulas hingga pagi.

Related Posts

Emmi kembali menggigit bibir, namun tak memberikan perlawanan
4/ 5
Oleh

Cewek Bisyar, cerita selingkuh dengan teman kantor, Toket tante, cerita cewek bispak, cerita sex dewasa, cerita sex dokter, cerita sex Tante, cerita setengah baya, cerita toket, ngentot basah.