Selasa

Cerita Bugil Dewasa Karena Kerja Lembur

Cerita Bugil Dewasa Karena Kerja Lembur – Nama panggilanku Sari. Saya berumur 25 th. serta bekerja di satu perusahaan swasta di Surabaya pada tempat yang cukup mengasyikkan baik dengan status ataupun dengan ekonomi. Saya seseorang campuran Jawa-Jepang, tetapi dengan fisik, beberapa orang menduga saya keturunan Chinese karna warna kulitku putih serta mataku tidak lebar. Rambutku pendek seleher. Saya termasuk wanita yang kurus dengan tinggi tubuh 176 cm serta berat 59 kg. Tetapi saya terasa mempunyai bentuk badan yang bagus, dengan kaki yang panjang, serta payudara yg tidak besar tetapi padat serta kencang. Mulai sejak remaja, kehidupan seksualku termasuk cukup ‘bebas’ untuk orang Indonesia. Sepanjang saya pas serta dia pas, saya easy going sajalah. Mungkin saja sikap ini yang membuatku belum juga memperoleh pasangan ‘resmi’ sampai saat ini, namun.., perduli sangat? saya toh enjoy saja dengan adanya ini semuanya. 




Saat itu akhir bln. Juni 99. Karna akhir bln., seperti umum saya repot membaca serta mengevaluasi laporan kerja hasil anak buahku, serta menuliskan laporan untuk atasanku. Karna saat sangatlah sempit, saya mengambil keputusan untuk bekerja overtime hingga usai. Gedung perkantoran tempatku bekerja termasuk pelit, mereka mematikan lampu serta listrik paling utama sesudah lewat jam enam sore. Karenanya saya menyewa satu ruangan spesial yang memanglah disiapkan gedung itu untuk beberapa orang yang menginginkan lembur. Ruang itu kecil sekali, sekitaran 3×3 mtr., tidak berjendela, hingga berkesan seperti dikurung dalam satu kotak korek api, serta AC-nya tidak demikian dingin. Tetapi karna tuntutan karir, ya sudahlah, saya segera menginput data kedalam notebook untuk diemailkan pada kantor pusat. Tidak merasa, saya telah bekerja sampai jam delapan malam. 


Karna AC yang kurang bagus, saya terasa kegerahan serta haus. Saya ingat, diluar bilik kecil ini, di dekat lift, ada satu dispenser air minum, saya selekasnya berdiri serta keluar dari ruangan itu untuk ambil air minum. Saat saya buka pintu, saya lihat seseorang pria tengah ambil air di dispenser itu. Nah, saya lega kalau nyatanya dispenser itu bekerja. Saya selekasnya hampiri dispenser itu, ambil gelas, serta menuangkan air ke gelasku. Pria yang tengah minum barusan tersenyum menyapaku, saya tersenyum balik, sebatas ramah tamah basa-basi. Pria itu berbadan besar, tingginya sekitaran 180-an lebih tinggi dariku yang termasuk jangkung. Ia tidaklah terlalu kurus atau gemuk, walau tidak juga berupa seperti binaragawan. Badannya terbungkus rapi oleh baju Kenzo warna hijau muda serta di lehernya terikat dasi bercorak ramai ciri khas Gianni Versace. Berwajah juga umum saja, tampang orang pengejar karier di umur pertengahan duapuluhan. 


“Sedang lembur juga, Mbak? ”, Tanyanya coba mencairkan situasi sepi. “Iya, umum, Mas, akhir bln.. Cocok hari Jumat sekali lagi. ”“Oh, tentu sekali lagi nyelesaikan progress report yah? “Iya, untung telah usai baru saja. ”“Wah, baguslah. Eh, omong-omong, Mbak kantornya di lantai berapakah? ”. “Di lantai sebelas, di PT (perusahanku). Bila Mas? ”. “Saya di lantai delapan, di PT (perusahaannya). ””Oh, wajarlah bila kita tidak sempat ketemu”. “Haha, iya, rupanya ada fungsinya juga lembur. Kita dapat sama-sama kenal. ” Pria itu terkesan demikian sopan serta ramah, matanya sejak dari barusan melihat cuma ke mataku, tidak ke arah bajuku yang dua kancing atasnya terbuka, hingga terlihat putihnya kulit dadaku mengintip keluar. “Oh iya, kita belum juga kenalan, Namaku Ditto. ” Tuturnya sembari mengulurkan tangannya mengajak berjabatan tangan. “Aku Sari. ” Jawabku sembari tersenyum semanis yang saya dapat. “Sari pulang kelak naik apa? ”. “Oh, saya bawa mobil sendiri. Bila kamu? ”. “Aku naik mobil juga.., Eh, Sari keberatan tidak bila kita makan malam bareng sesudah ini? ”. Wah, orang ini ‘direct’ juga yah? fikirku kegirangan. “Boleh saja, apa Ditto tidak ada yang nungguin dirumah? ”. “Ah, belum juga kok. ” Jawabnya sembari mengerdipkan mata kiri serta tersenyum manis. “OK, saya juga akan beres-beres dahulu yah! ”, Kataku sembari mengambil langkah balik ke bilikku. 


Saya selekasnya mengemasi notebook serta kertas-kertas kerjaku dengan tergesa-gesa. Ada yang aneh di fikiranku. Saya rasakan ada gairah yang mendorongku untuk terkait lebih intim dengan Ditto. Walau sebenarnya orangnya umum saja, kulitnya rada gelap, rambutnya cepak, berwajah umum saja walau ukuran badannya memanglah cukup besar untuk ukuran orang sini. Namun langkah dia bicara, langkah dia tersenyum, langkah dia melihat mataku, betul-betul hangat, tetapi tidak nakal atau kurang ajar. Kenyataannya, ia tidak berupaya mengambil pandang ke arah yang beberapa tidak seperti pria yang lain yang sempat ketemu saya. Hmm.. Kurang lebih apakah dia ada hasrat untuk bercumbu denganku atau tidak yaa? Pada saat saya asik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu. “Masuk! ” Kataku sembari mengharapkan kalau itu yaitu Ditto. 


Nyatanya benar, Ditto berdiri di pintu itu sembari menenteng tas notebook di tangan kanannya. Dasinya sudah dilepaskan, serta kancing pakaiannya terbuka yang di atasnya, hingga terlihat rambut-rambut halus di situ. “Gimana, telah usai? ”, Tanyanya. “Iya, telah, namun sewa overtime nya hingga jam sepuluh nih, jadi masih tetap rugi bila saya tinggalkan saat ini! ” Saya coba mengajak bercanda. “Haha, pelit juga kamu, Sar! Bisa saya masuk? ”. “Silakan saja, seandainya kamu tidak keburu pulang”. “Ah, tidak kok, ini kan Jumat, umumnya juga pulang telat”. “Biasanya kemana saja bila Jumat malam? ”. “Paling-paling pergi sama rekan-rekan main badminton atau basket”. “Oh, seru dong? Apa saat ini tidak dinantiin beberapa rekannya? ”. “Ah, mendingan juga disini nemenin Reni. Sekali-kali bisa kan ganti situasi? ”Kami kembali tertawa-tawa. 

Ia duduk di meja kerja, sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.“Wah, panas sekali di sini.., AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil menggulung lengan bajunya ke atas, dan membuka satu lagi kancing baju di dadanya. Aku menahan diri untuk tidak melihat ke arah rambut-rambut di dadanya.“Sar, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya dengan nada yang terkesan wajar, meski mungkin saja tujuannya nakal.“Well, sebenarnya iya sih.., boleh nggak aku copot blazernya?”“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih? Memangnya aku Papa mertua kamu?”.


Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh dengannya. Maka aku berdiri dari kursi, dan melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat-buat agar nampak seksi. Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja di bawah blazer”. Candanya mengomentari.“Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Dit!”, Jawabku menggoda.“Hah? wah, kalau itu sih.., apa kamu masih kurang yakin? sampai-sampai aku perlu meyakinkan diri kamu lagi?”“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!”, Kataku sambil mengerdipkan mata.


Lalu dengan gaya yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang saham ulung akan lebih merasa tersanjung bila dipuji atas kepandaiannya memasak daripada atas kepiawaiannya menganalisis saham. Wow, aku jadi merasa tersanjung juga karena itu berarti dia mengakui keindahanku.Tiba-tiba dia berkata lagi, “Kamu nggak minta dipijitin sekalian, Sar? Kan kalau di film-film semi, adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang biasanya disensor?”.


Ya ampun.., caranya begitu jantan sekali dan sama sekali nggak kurang ajar.., Aku jadi luluh juga dibuatnya, dan aku jadi rela untuk menyerahkan tubuhku padanya.., meski sebenarnya akulah yang menginginkannya.Aku segera menjawab, “Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa-apa kok”.“OK deh, itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan nanti?”Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan mulai memijit bahuku.


Kami terdiam sejenak, ia memijit bahuku lewat kemejaku. Rasanya mantap juga, tapi tali bra yang kukenakan terasa menyakitkan sedikit. Dan dia bukannya tak tahu itu, ia menyingkapkan kemeja tanpa lenganku ke bawah, sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.“Huh, tali ini menggangguku memamerkan keahlianku memijit!” Katanya sambil menyingkirkan tali bra ku ke samping, aku jadi merasa begitu seksi, ditelanjangi perlahan-lahan seperti ini membuat pikiranku jadi aneh-aneh.“mm.., nikmat sekali Ditt..”, Kataku sambil menikmati pijitannya yang memang nikmat dan membuatku menggeliat-geliat sedikit.


Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku, membuatku merasa begitu rileks, dan terus terang saja.., terangsang. Tiap kali jemarinya yang hangat itu menyentuhku, rasanya begitu nikmat hingga aku mengerang keenakan.“mm.., mm.., aduuh, enaknyaa.., boleh juga tangan kamu, Dit!”“Eh, rintihannya jangan dibuat-buat gitu dong! Nanti aku jadi ingin mijit bagian yang lain!”. Ia membuatku jadi makin terangsang dengan pilihan katanya yang selalu di luar perkiraanku.“Berarti kalau aku merintih-rintih yang dibuat-buat, kamu pijit bagian yang lain yah?”“OK! Setuju!” Candanya dengan nada seperti orang sedang rapat kampung. “Aahh.. mmhh.., Ohh..” Rintihku aku buat-buat sambil bercanda.


Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas kedua payudaraku yang masih terbungkus bra itu. Tangannya diam di situ, dan dia bilang, “Tuh kan? apa aku bilang? kalau kamu buat-buat gitu, tanganku jadi memijit bagian yang lain!” Katanya sambil bercanda.., padahal aku sudah mabuk kepayang dan ingin tangannya segera meremas kedua payudaraku.“Udahlah Dit.., sekarang kita mulai aja deh”, Kataku dengan nada serius.“Baiklah, Saya juga ingin melakukannya sejak tadi, kalau kamu yang minta oke lah!”, Katanya.


Ia pun langsung menurunkan bra-ku ke bawah, hingga kedua susuku kini terbuka lebar. Ia memutar kursiku hingga kami kini berhadapan. Ia berlutut di depanku, matanya menatap mataku yang telah sayu terlanda birahi. Aku menggerakkan tanganku untuk melepas kacamata minusku, namun ia menghalanginya.“Nggak apa-apa, Sar.., Aku senang melihat kamu dengan kaca mata itu.., seksi sekali!” Katanya sambil mengedipkan mata kiri.


Tanpa banyak kata, ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku, aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku agak terkejut ketika ia melepaskan bibirnya dari bibirku. Belum sempat aku membuka mata, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku yang jenjang, merambat menyusuri bahuku.., hangat sekali rasanya.“Nngg..”, Aku mulai merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku. Sementara lidahnya melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan dadaku.., menari-nari di situ.., uhh.., aku semakin tak karuan rasanya.“Augh, cium yang aku mesra..!” Aku meracau tak karuan.“Wah.., ketahuan nih, udah pengen yaa?”, Godanya nakal. Aku sudah kesetanan, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan kubusungkan kedua dadaku agar ia segera mengulum puting susuku. Dia malah berkata lagi, “Iya, iya aku tahu maksudnya kok.., sslurp”.“Uhgkk”, Mulutnya menangkap puting susuku yang kanan, lidahnya menjilat-jilat lembut, aduuh.., rasanya gelii dan nikmaat sekali.., aku menggelinjang-gelinjang menahan geli yang luar biasa, lidahnya seperti melingkar-lingkari puting susuku dengan cepat namun lembut. Begitu gelinya hingga punggungku terlepas dari sandaran kursi dan melengkung seperti busur panah.


Kini lidahnya berpindah ke puting susuku yang kiri, mengait-ngaitnya.., Aduuhh aku semakin lupa daratan, Aku nggak tahu kenapa, tapi jilatan Ditto rasanya begitu berbeda, benar-benar membuatku seperti melayang-layang kegelian, rasanya seluruh badanku kehilangan energi.., lemas sekali, tapi terasa nikmaat sekali. Puting susuku yang kanan kini dipilin-pilinnya.


Uhhff.., Kedua puting susuku yang sensitif ini menjadi bulan-bulanan mulut rakus Ditto, aku merintih dan mengerang sebisaku, keringatku mulai menetes, rasanya sulit sekali untuk bernafas teratur, tiap kali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting susuku.Tiba-tiba ia berhenti. “Sar, naik ke meja dong?”, Katanya sambil mendirikan tubuhku. Karena sudah terangsang tak karuan, aku menurut saja ketika ia menelentangkan tubuhku di meja kantor, kemejaku telah terbuka kancingnya, namun ia tidak melepasnya, hanya menyingkirkan ke kiri kanan. Aku sempat tertegun melihat kemeja Ditto masih tampak rapi, hanya celananya saja yang terlihat menonjol karena desakan kejantanannya. Aku tertegun juga ketika melihat kedua pentil susuku terlihat kemerahan, berdenyut denyut dan mencuat tinggi sekali. Aku segera kembali terpejam ketika mulut rakusnya kembali menyerang kedua susuku. Puting-putingku dijilat, dihisap, digigit, dan aku tak tahu diapakan lagi.., rasanya luar biasa geli dan nikmat. Aku hanya bisa telentang di meja itu sambil terengah-engah dan menggelinjang menahan serbuan birahi.“Ahhkk.., sshh.., mmh..”, Aku mendesah dan meracau tak karuan. Sementara tangan kananku mulai gatal dan menyusup kebalik rok mini dan celana dalamku, menggosok-gosok bibir kelaminku yang rupanya telah lembab dan basah sekali dari tadi.


Kini Ditto memilin-milin kedua puting susuku dengan jari-jarinya, dan lidahnya menyusuri perutku yang langsing, menjilati pusarku. Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberiku sensasi yang luar biasa selain pilinan jarinya pada puting susuku. Paha bagian dalamku tak luput dari jilatan-jilatannya yang mesra dan buas. Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke puting susuku seolah tak membiarkan mereka istirahat. Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan kaki dan mengangkat punggungku agar ia mudah melepaskannya. Aku tak tahu diapakan, tapi celana dalamku segera lepas. Secara sukarela aku mengangkangkan kedua tungkaiku lebar-lebar agar ia bisa memandangi kewanitaanku yang telah membanjir karena ulahnya.


Ditto melepaskan kedua putingku, lalu menekan pahaku keluar, agar ia lebih bebas lagi memandangi kewanitaanku. Aku hanya terengah-engah memandangi langit-langit dalam keadaan terangsang sekali. Akhirnya aku mampu menarik nafas panjang, karena kedua putingku tak lagi menerima sengatan birahi darinya. Tapi tiba-tiba kurasakan hawa dingin di kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh.., membuatku semakin tak tahan lagi, ingin ia segera menancapkan kejantanannya ke tubuhku.“Ohh.., cepatlahh Dittoo.., ayo.., kamu hebat.. deh!”.“Sar.., badan kamu indah sekali.., luar biasa.., cantik sekali”.“Please, lakukan sesuatu..” Aku merintih memintanya segera menyelesaikannya.”Ahhgg..”, Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya tiba-tiba menyayat clitorisku dengan cepat dan tajam. Lalu kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak, terhisap-hisap, dan clitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu.


Karuan saja aku makin tak tahan, menggeliat-geliat tak karuan, punggungku terangkat-angkat dari meja itu, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian terasa berat, rasanya gelii sekali.., nikmat tak terkira, “Oohh.., Dittoo.., uuhh.., enaak sekalii.., sshh.., kamu apain akuu.., aduuhh”.Rintihanku kian tak terkendali, aku segera memlintir-mlintir kedua puting susuku untuk menambah kenikmatan, meremas kedua susuku yang kenyal, sementara Ditto tak henti mengirimkan kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut Ditto kian buas menerpa kewanitaanku. Apalagi ketika jarinya ditusukkannya ke dalam liang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya.., Aduuh.., benar-benar tak terperi nikmatnya.


Tusukan jari Ditto menyentuh tempat yang tepat.., berkali-kali.., Aduhh.., terasa seluruh energiku seperti terhisap ke tempat itu.., terkumpul di situ.., lalu meledak.“Aahhgg Dittoo.., uhh..”, Aku segera mencapai klimaks. Orgasme yang luar biasa sekali.., merenggut sebagian kesadaranku.., hingga kini aku terkulai lemas. Aku mencoba mengatur nafas.., tapi sia-sia.., kenikmatan ini benar-benar membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar.., menggumam.“mmhh.., Ditto.., nikmat sekali.., hh”.“Sari, mau istirahat dulu?”.“Ngghh.., nggak.., langsung aja, goyang yang cepat! sekarang!”, Aku tak mampu mengontrol pilihan kataku lagi, birahiku telah menguasai diriku.“Well, baik kalau begitu..”, Itu kata terakhir yang kudengar dari Ditto, lalu sambil hanya dapat memandangi langit-langit aku merasa pahaku dikangkangkan, tiba-tiba.., sspp.., Kejantanannya mengisi tiap rongga di liang kewanitaanku ini.“Aduuhh.., Ohh.., terusin sayangghh.., deeper..”, Aku merintih tak karuan ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya. Ia berdiri sementara aku telentang di meja, jelas ia sangat leluasa menggerakkan tubuhnya, kejantanannya terasa menyodok dan menggerus-gerus seluruh bagian dalam kewanitaanku dengan buas dan garangnya.


Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang pertama tadi.., namun persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi.., rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki liang kewanitaanku, aku hanya memejamkan mata, menggeliat, merintih. “Uhh..”. Sodokan-sodokan kejantanannya terasa kian dalam menerobos dasar kewanitaanku telapak-telapak tangannya yang kasar tak henti meremas dan memegang kedua susuku.


Beberapa menit kemudian, Ditto tiba-tiba menarik kejantanannya dari kewanitaanku, lalu dengan begitu cepat membalikkan tubuhku hingga kini badanku tengkurap di meja, namum kakiku menjuntai ke lantai, puting susuku terasa geli merasakan dinginnya meja kantor itu, aku hanya terengah.


Ditto menikamkan kejantanannya lagi ke lubang kewanitaanku dari belakang.., “Uffhh..”, sensasi yang berbeda lagi.., ia mengocok tubuhku keras sekali hingga meja itu bergoyang-goyang, saat itu juga, aku merasakan klimaks menyambar tubuhku.., kewanitaanku serasa mengejang, menggigit kejantanan Ditto, kedua tanganku mencengkeram ujung meja kuat-kuat, tubuhku menegang, dan aku merasakan adanya gelombang kenikmatan yang menyapu jiwaku, merenggut tenagaku, aku menjerit tertahan “Ahkk!”. Lalu aku merasakan nikmat yang luar biasa dan tubuhku serasa lemas sekali.“Aduuh.., Ditt.., Enakk sekali.., hh”.“Tahan sebentar, ya Sari.., bisa kan?”, Jawabnya sambil mempercepat gerakannya.“Ahhkk.., sakit.., pelan-pelan dongg..”, Kewanitaanku terasa ngilu.“Sebentar saja yang.., sebentaar lagii”.“Ohh.., Uhhg.., Ngg..”, Aku mengerang-erang menahan ngilu, namun rasa sakit itu tak bertahan lama ketika tiba-tiba kehangatan kembali mengalir lewat kewanitaanku. Aku serasa melambung lagi oleh orgasme yang ketiga, ketika sperma Ditto menyembur menghangatkan sudut-sudut liang kewanitaanku. Kali ini, kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak sadar untuk beberapa saat.


Cukup lama aku tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri keringat, lemas sekali seperti setengah pingsan. Yang dapat kurasakan hanya rasa nikmat dan kepuasan tiada tara, aku sempat melihat Ditto melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.


Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Dengan sisa tenagaku aku mencoba berdiri dan merapikan kemejaku yang telah kusut tak karuan karena habis bersetubuh tanpa melepaskan pakaian. Tak kukenakan kembali celana dalamku karena telah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku ketika foreplay tadi.


Kukenakan kembali blazerku, kulihat Ditto sedang berdiri bersandar di pintu tanpa ada kusut sedikitpun di kemejanya, namun wajahnya tampak berseri-seri.“Sari, udah jam sepuluh seperempat!”.“Iya, sudah waktunya pulang nih”.“Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan?”.“Apanya yang nggak rugi?”.“Kan bayar sewa ruang overtimenya sampai jam sepuluh!?”.


Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju tempat parkir mobil kami di lantai lima. Di lift, sebenarnya ingin juga sekedar berpelukan atau berciuman, tapi sayang sekali satpam gedung ikut berada di lift, senyam senyum memandangi wajah-wajah kami yang kusut meski berseri-seri. Semenjak itu, aku masih beberapa kali lagi melakukannya dengan Ditto, sampai ia dipindah tugaskan menjadi kepala pemasaran di daerah lain. Dan aku?


Well.., Ia memang luar biasa, tapi availability ialah segalanya, bukan? Aku kembali mengejar karier, sambil bertualang dari satu pelukan ke pelukan lain para pria (dan kadang-kadang wanita) yang aku taklukkan dengan tubuhku.


Related Posts

Cerita Bugil Dewasa Karena Kerja Lembur
4/ 5
Oleh

Cewek Bisyar, cerita selingkuh dengan teman kantor, Toket tante, cerita cewek bispak, cerita sex dewasa, cerita sex dokter, cerita sex Tante, cerita setengah baya, cerita toket, ngentot basah.