Sabtu

Mmmmm desahan Lis makin buat saya gairah

Mmmmm desahan Lis makin buat saya gairah Semua kisahku ini berawal dari facebook. Perkenalanku dengan seorang wanita yang sampai saat ini tidak bisa kulupakan. Narasi ini satu narasi riil yang ku alami pada th. 2014. Semoga wanita itu membaca narasi ini, dan ini yakni narasi yg tidak akan ku lupakan. 



Saya saat ini berumur 39 th. telah beristri dengan usia satu tahun lebih muda dari saya. Anak ku satu cowok berumur 10 th.. Tinggiku 172 postur tubuhku proposional, kulit putih, bisa dimaksud wajahku tampan. 


Saya ketahui seorang wanita lewat facebook pada awal th. 2014, wanita itu datang dari kota M tempat dulu saya memakai saat SMA ku. Usia wanita itu sebaya dengan istriku dan telah memiliki 2 anak perempuan. Suaminya seorang wiraswasta, tengah wanita itu bekerja pada satu di antara perusahaan BUMN di kota M. Wanita itu berjilbab, berdarah sunda tetapi sejak mulai lahir hingga saat ini dia tinggal di kota M. Wajahnya cantik, berkulit putih, bra 36B makin besar dibanding bra istriku. 


Pada awal pertemuan kita di facebook, pembicaraan kita umum seperti orang umumnya namun selanjutnya kita bertukar no hp dan keduanya sama telpon diwaktu jam kerja, namun apabila kami pulang kerumah masing – masing kami tidak pernah telpon karna kami kenali bila kami sudah berumah tanggga. Oh iya saya saat ini tinggal di kota J. Jarak yang jauh untuk menuju kota M. Tidak tahu mengapa wanita itu berbagi pada ku apabila suaminya saat ini menanggung derita penyakit leaver dan dulu sering peroleh kekerasan dalam rumah tangga. Tidak tahu apakah itu benar atau tidak, saya hanya dengarkan curhatan dari wanita itu. 


Tidak tahu kenapa ada rasa kangen pada wanita itu, walaupun sesungguhnya hingga saat ini saya dan wanita itu hanya berkomunikasi lewat HP, BBM dan WA dan belum juga sempat juga bersua meskipun. Saya takut apabila saya benar – benar suka pada wanita itu karna saya dan wanita itu sama – sama sudah berkeluarga. 


Tidak tahu fikiran apa yang ada dipikiran ku, saya memberanikan untuk mengatakan wanita itu dengan kata sayang. Wanita itu saya panggil Lis. Selanjutnya wanita itu setuju apabila saya panggil dia dengan kata Lis sayangku. Selanjutnya seperti orang yang dimabuk cinta, seperti saat – saat orang yang jatuh cinta, saya dan Lis sama – sama nikmati pembicaraan seperti orang pacaran. Masing-masing mengakhiri telpon kita selalu ciuman dengan kata mmmuuaacchhh. Selanjutnya membuatku semakin penasaran pada Lis. 


Pada akhir Mei 2014 saya pulang ke kota ku yaitu kota Y untuk menengok ibuku. Letak kota Y dan kota M berjarak 45KM atau 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan. Saya ambil cuti dan pergi ke kota Y tidak ada mengajak anak dan istri. Saya janjian dengan Lis untuk bersua di kota M tempat Lis tinggal. Lis setuju untuk bersua di satu hotel W didalam kota M. Karna demikian pertemuan kita jadi aman tanpa ada berada di kenali rekanan kerabat saya dan Lis. 


Hari yang saya tunggu – tunggu agar bisa bersua dengan Lis juga tiba. Saya tiba di kota M sore hari dan saya selekasnya menuju ke hotel W. Saya menempati satu kamar yang demikian luas dengan single bad dan saya kirim pesan ke Lis apabila saya sudah di hotel W tempat yang sudah kita setujui. 


Besok paginya saya janjian dengan Lis tengah kota M, agar Lis tidak dikenal oleh rekanan yang ada di kota M kita janjian agar Lis tutup wajahnya dengan masker. Cocok jam 7. 30 pagi dengan menggunkan jilbab dan tutup wajahnya menggunakan masker saya saksikan Lis datang menghampirku yang sudah ku tunggu sekitaran 5 menit. Lalu kita menggunakan taksi meluncur ke hotel W tempat saya cek in. 


Didalam taksi untuk mengelabuhi supir taksi, saya dan Lis pura – pura sudah lama kenal sampai saya dan Lis bisa bercakap seperti orang yang sudah lama kenal. Aneh memang saya merasa nyaman saat bersua dengan Lis walaupun sesungguhnya lebih dahulu kita hanya berkomunikasi melalu HP dan BBM. 


Masuklah saya dan Lis di satu kamar hotel W, saya membawakan 2 buah jilbab jadi oleh – oleh ku dari kota J. Lis tampak sukai terima oleh – oleh ku yang termasuk juga sangat bagus. Saya dan Lis duduk dikursi bersebelahan sambil bercakap berdekatan. Rasa kangenku yang hingga saat ini saya taruh inginkan rasa saya mencium Lis. Saya memberanikan tangan kananku merangkul Lis, terkesan Lis diam saja seakan membiarkan saya untuk merangkulnya. Namun Lis memberiku kesempatan untuk memeluknya dari belakang. Ke-2 tangan ku memeluk Lis dari belakang dengan memegang perutnya namun Lis mengangkat tangan kananku dan berkata “jangan pegang perut” tangan kananku diangkat oleh Lis untuk memeluk dada Lis. Tetapi yang saya rasakan, saya telah memegang susu Lis yang demikian besar. Dan saya berkata : Lis cium dong, dan selanjutnya kita bibir kita ciuman dengan mesra. Tangan kananku memegang leher Lis yang tetap masih menggunaan jilbab tengah tangan kiriku meremas susu Lis. Mmmmm desahan Lis semakin buat saya gairah.


Lis.. buka jilbabnya ya…lalu Lis buka jilbabnya serta dengan tempat berdiri kami ciuman sekali lagi sembari ke-2 tanganku memeluk Lis mmmmmmm mmmm desahan Lis makin jadi, saya buka baju Lis serta Bra Lis. Saya rebahkan Lis ditempat tidur. Saya isep susu Lis mmmm kuat sekali isep mmmmm serta Lis cuma dapat mendesah mmm ahhh ehhhhh mhh. Saya mencium perut Lis serta buka celananya, tanpa ada fikir panjang saya buka kaos serta celana ku. 


Saya menindih Lis serta pada akhirnya saya masukan kontol ku ke vagina Lis. Mmmm ah.. hhh…. desahan Lis serta nafas yang tidak teratur saya nikmati tiap-tiap sodokan kontol ku. Cuma dengan satu tempat, saya di atas serta Lis di bawah kami nikmati enaknya bercinta. Saya selalu tanpa ada henti menggenjot pantatku naik turun hingga saya ingin keluar, tak tahu Lis telah keluar apa belum juga namun saya rasakan Lis begitu nikmati permainan itu. Serta ah…. spermaku keluar banyak dalam rahim Lis tanpa ada sedikitpun yang keluar. Lantas saya memeluk serta mencium Lis, saya katakan kalau baru kesempatan ini saya menikamati seks terkecuali pasanganku. 

Setelah kejadian itu kami ngobrol semakin akrab, ngobrol tentang keluarga masing – masing dan saling curhat. Lis hanya menggukan BH dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggukan celana dalam, obrolan yang hanya sekitar setengah jam itu aku lanjutkan untuk mencium bibir Lis. Mmmmm Lis sayang aku ingin lagi sayang….Iya sayang jawab Lis. Ciuman ku kembali mendarat di bibir Lis. Tapi kali ini aku bisa mengontrol napsu ku untuk bercinta dengan Lis. Lis membuka sendiri Bhnya dan aku membuka cd Lis. Dengan posisi Lis tiduran aku duduk dan mengarahkan kontol ku ke vagina Lis. Dengan perlahan tapi pasti aku terus menggenjot setiap sodokan ku. Lis mendesah dan berkata ah….sayang…mmmm hhhh ahhhh kedua tangan Lis memegang tanganku. Aku terus menggenjot dan menikmati vagina Lis yang erat mencegkram kontol ku. Aku terus menatap mata Lis sambil terus ku genjot pantat ku. Lis makin merasakan nikmatnya kontolku ah….sayang….aku mau keluar, kata Lis. Dan aku berkata keluarlin saja sayang…dan saat itu aku makin kencang menggenjot kontolku. Setelah itu Lis orgasme tidak lama aku juga orgasme.


Jam saat itu menunjukan sekitar pukul 11 siang, namun aku dan Lis telah 2 kali melakukan hubungan sex yang sangat berkesan. Dan kami kembali ngobrol dengan posisi tiduran. Mungkin karena lelah tapi aku terus memeluk Lis.


Tepat pukul 13.30 aku dan Lis harus berpisah. Aku antar Lis kembali ketempat pertama kita bertemu, dan aku kembali ke kota Y. Keesokan harinya aku pulang ke Jakarta tempat tinggalku saat ini. Sebuah pengalaman yang tak kan kulupakan seumur hidupku. Dan saat ini aku masih berharap untuk bisa berhubungan kembali dengan Lis.

Tante Nia Begitu bernafsu untuk melumat semua badannya

Tante Nia Begitu bernafsu untuk melumat semua badannya Ini sesungguhnya pengalaman pribadi, namun malu jika itu peristiwa sendiri, maka dari itu dirubah namanya agar tidak ada tanggung jawab moral disana. ceritanya belum juga demikian lama, tetapi karna peristiwa itu begitu disenangi, jadi menghayal untuk merenungkan kedalam tulisan juga agak sulit serta makan saat. 




Ceritanya gini, saat itu ingat benar hari sabtu tanggal 12 Feb 2005, saat tengah duduk ditempat piket di satu diantara kantor perusahaan advertising kosmetik di Jakarta, Tibor yang bekerja jadi staff marketing (bisa disebut petugas piket yang bergiliran di antara karyawan) kebetulan memperoleh pekerjaan jagalah malam serta ditemani oleh salah seseorang calon SPG (jenis) bernama Cia. Paras Cia cukup manis serta berbibir seksi. 


Tubuhnya agak diisi dengan tinggi kurang lebih 165 cm berkulit kuning langsat serta memiliki ukuran dada yang wow 40 cup BB. Dada Cia demikian besar hingga begitu indah dilihat bila menggunakan kaos ketat serta dengan bh ukuran itu juga sisi samping serta atas tetek Cia masih tetap nyempul keluar bh. Baju Cia saat itu tidak tampak merangsang, cuma menggunakan celana jeans serta baju berkancing depan. 


Saat Cia mengantarkan teh manis untuk Tibor yang kebetulan cuma sendiri di ruangan jagalah, Cia menegur Tibor seperti menginginkan ada rekan bercakap. Terjadi pembicaraan pada Tibor serta Cia sampai menjurus ke arah yang agak mengundang birahi. Dari perbincangan perkawinan sampai ujung-ujungnya ngelantur ke perbincangan sekitar jalinan seksual. 


Sesudah Cia menginginkan menyudahi percakapan, serta ia akan pamit untuk kembali pada tempatnya, Tibor seraya menarik tangannya serta merangkul Cia ketempat pojok kamar yang memiliki ukuran 2, 5m x3, 5m yang kebetulan sisi kanan kamar tertutup gorden, jadi tidak tampak dari luar. Tibor mencium bibirnya yang ranum serta sexy itu. Cia agak terperanjat atas perlakuan Tibor yang mendadak, tetapi ia tetaplah membalas ciuman Tibor dengan mesra. 


Ciuman Cia semakin lama semakin menghangat sesudah Tibor meremas buah dada samping kiri yang besar itu. Lalu Tibor meremas agak keras payudara Cia karna Tibor begitu bernafsu untuk melumat semua badannya. Ciuman Cia tidak lepas, jadi makin bernafsu sesudah Tibor meremas ke ke-2 buah dadanya dengan ke-2 tangannya agak keras sembari berciuman penuh birahi. 


Sangat nikmat perasaan Tibor saat meremas-remas buah dada yang kencang karna nafsu. Tibor rasakan puting susu Cia yang mulai mengeras, lalu Tibor mengusap-usap serta kadang-kadang memencetnya supaya dia lebih terangsang. Saat tengah asyik mereka berciuman serta sama-sama meraba, terdengarlah nada pintu terbuka dari jauh, 


Tibor serta Cia juga cepat-cepat mengatur jarak pada mereka berdua supaya tidak adak ada keraguan ditempat itu. Lalu Cia juga pamit untuk kembali pada tempatnya sembari membawa nampan tempat minum serta membalik tubuh sembari tersenyum. Derup jantung Tibor semakin kencang, pada takut ketahuan serta suka, hingga mengharapkan peristiwa itu terulang sekali lagi lain waktu. 


Hari bertukar hari merasa lama menanti peluang itu berlangsung kembali. Tiga hari lalu, kebetulan Tibor memperoleh pekerjaan jagalah malam untuk mengantikan partnernya yang sakit. Suka rasa hati Tibor memperoleh pekerjaan lebih cepat dari perkiraanya. Pada hari itu, di siang hari, Tibor segera memberi pesan pada rekan Cia bernama Dewi kalau Tibor memperoleh pekerjaan malam ini, serta supaya di sampaikan pada cia. 


Dewi jadi teman dekat akrab cia, segera memberi berita itu. saat Tibor jagalah malam, lama rasa-rasanya menanti hadirnya teh manis hangat bikinan cia. Pas jam sebelas malam, Cia juga pada akhirnya keluar membawa teh manis serta bebepapa kue dalam piring. 


Suka hati Tibor lihat Cia keluar, serta Tibor segera menegur : hai apa kabarnya, lalu Cia jawab : baik bang. apakah yang lain telah pada tidur? Kata tibor, Cia menjawab : janganlah takut bang, ada Dewi di situ untuk melindungi bila ada orang yang juga akan keluar atau masuk dari pintu itu. Lega rasa Tibor mendengar perkataan itu, bermakna amanlah mereka dari masalah orang. tanpa ada basa basi Tibor segera menarik tangan Cia serta merangkulnya seraya melumat bibir Cia yang sexy itu. 


Tidak ada kendala dalam lakukan hal itu karna telah dikerjakan Tibor sekian hari kemarin. seperti umum tangan Tibor segera meraba payudara cia, hingga Cia agak menggeliat ke-enakkan. Pelukakan Cia makin erat, karna Tibor telah mulai melumat leher serta belakang telinga cia. Nada Cia makin mendesah hingga buat Tibor menginginkan lakukan hal yang beda dari umumnya. 


Tangan Tibor mulai menelusup lewat bawah baju Cia untuk meraih payudara yang terbungkus bh warna coklat muda. Tanpa ada merasa, tangan Tibor telah ada di permukaan bh Cia serta mengusap-usap payudara samping atas yg tidak tertutup bh. Lumatan bibir Tibor buat Cia tidak ketahui gerilya tangan tibor. Dengan perlahan-lahan tangan Tibor mulai menyelinap lewat bawah bh Cia untuk meraih semua payudara cia. 


Diangkatnya bh Cia perlahan supaya tidak merasa. Semakin terangkat sedikit-demi sedikit sampai puting Cia telah ada dalam genggaman tangan tibor. Tangan Tibor samping kanan sudah memperoleh semua payudara Cia yang besar yg tidak bisa tergenggam keseluruhnya karna karena sangat besarnya. Diremas-remas payudara Cia tersebut putingnya. 


Semakin menggeliat Cia rasakan remasan tangan Tibor yang demikian nikmat. Cia belum juga ketahui kalau bh samping kiri Cia sudah terangkat, hingga payudara Cia sudah terbuka, meskipun tetap dalam pakaian. Tibor mulai melumat leher Cia sekali lagi, serta saat ini secara cepat mulut Tibor turun ke bawah seraya mengangkat pakaian Cia ke atas, hingga mulut Tibor bisa melumat puting Cia yang berwarna merah muda. 


Cia agak terperanjat, mendadak kok bh Cia samping kiri sudah terangkat serta mulut Tibor sudah ada di ujung payudara samping kirinya sembari melumat puting itu dengan bernafsu dan tangannya meremas pangkal payudara cia. Meskipun kaget, Cia tetaplah membiarkan aksi tibor, karna memanglah merasa begitu nikmat. Lalu Tibor memainkan lidahnya untuk memutar-mutar puting cia. 


Makin menggeliatlah Cia dibuatnya. Cia tidak bisa menahan nikmat atas perlakuan tibor, hingga tangan Cia masuk kebalik pakaian Tibor serta mengusap-usap pungung Tibor serta kadang-kadang mencakarnya bila kesenangan itu mencapai puncak. Muka Cia menengadah ke atas sembari rasakan enaknya lumatan bibir Tibor di payudaranya. Sembari melirik ke arah muka Cia yang tengah menengadah ke atas, Tibor memakai peluang itu dengan menggerakan tanagan kirinya dengan perlahan menelusup masuk ke sisi dalam pakaian cia.


Tibor mulai meraba perut cia, kemudian perlahan naik ke bh kanan cia. tangan kiri Tibor berusaha naik ke bagian bawah bh cia. Tak segan segan tangan kiri Tibor langsung menelusup masuk ke dalam bh cia, dan terpeganglah payudara kanan cia. Sedikit semi-sedikit tangan kiri Tibor diangkat keatas agar bh Cia naik dan terbuka. Dengan keuletan tibor, akhirnya terbukalah kedua payudara cia. Lumatan bibir Tibor di payudara kiri Cia dilepaskan dan berpindah ke bibir cia.


Kemudian tangan kanar Tibor kembali meremas kembali patudara kiri Cia sehingga kedua tangan Tibor sudah menguasai kedua payudara cia. Tanpa terasa Cia telah terpojok di tembok, sehingga Cia dapat merasakan tegangnya penis Tibor di sekitar selangkangannya. Tibor mempunyai pikiran untuk membuka baju cia, namun belum menemukan caranya.


Akhirnya Tibor menyudahi remasan kedua tangannya pada kedua payudara Cia kemudian memeluk sambil melumat kembali bibir cia. Dalam pelukan tibor, Cia seakan pasrah. Secara perlahan Tibor merenggangkan pelukannya sambil membuka kancing baju Cia mulai dari bawah dengan memakai tangan kanannya. Setelah kancing teratas kebuka maka terbukalah semua kancing baju cia. Lumatan bibir tiborpun pindah ke payudara Cia sebelah kanan yang belum pernah terlumat oleh tibor.


Payudara kanan Cia memang agak sensitf dibanding yang kiri, sehingga ketika dilumat, desahan Cia semakin kencang. Tiborpun lebih mengencangkan lumatannya, dengan sedotan yang dalam dan kunyahannya yang begitu keras. Tak tahan lah Cia dibuatnya, sampai-sampai Cia hampir terkulai karena lemas dan nikmat. Cia meminta Tibor untuk menghentikan perbuatannya seraya mendorong badan Tibor sambil menutup kedua payudaranya dengan baju tanpa terkancing.


Cia duduk berkata sambil terengah-engah: perbuatan kita terlalu jauh bang, aku takut, katanya. Sudahlah kata tibor, toh kamu juga merasakan kenikmatannya sama dengan aku. Terdiam Cia dibuatnya, sambil mengancing baju dan membetulkan bh nya, Cia berkata: kok abang ngomong begitu.


Sudah lah cia, toh kita sama sama menikmatinya dan senang pula, ya nggak, jawab tibor. Setelah baju Cia terkancing keseluruhan, Cia pun pergi tanpa menoleh, karena jawaban Tibor tidak enak didengar di telinga cia. Dan Tibor pun berkata: kok jadi begitu. Namun Cia tetap terus pergi meninggalkan Tibor tanpa berkata-kata.


Tibor agak menyesal atas perkataan yang diucapkannya ke pada cia. Keesokan harinya Tibor menghampiri dewi dan kerkata: dew, bilang sama Cia jangan ngambek dong, nanti aku nggak dapat teh manis lagi dari Cia. Sambil tertawa Dewi menjawab: iya nanti disampein. Beberapa kali Tibor jaga malam tanpa diantarkan minuman oleh Cia, namun oleh yang lainnya.


kangen rasanya Tibor kepada Cia, namun Cia terlanjur marah. Ketika hendak hari raya Nyepi, kantor akan diliburkan sehari dan Tibor kedapatan jaga malam. Sedih hati Tibor karena Cia tidak lagi mau mengantarkan minuman ke ruang jaga malam. Di kantor advertising kosmetik yang biasanya ramai, menjadi sunyi senyap karena banyak dari para pegawainya yang keluar kota memanfaatkan liburannya, sehingga tinggal empat orang calon SPG termasuk Cia yang tidak dapat libur karena harus menata seluruh ruangan kantor dan peralatannya.


Ketika malam hari raya Nyepi, kantor pun sepi, karena besok dan lusa libur. Di belakangpun tidak berisik karena tinggal empat orang saja yang biasanya belasan orang berkongko sambil makan atau minum yang merupakan fasilitas kantor. ketika jam sebelas seperempat malam, Tibor meminta dibuatkan minuman hangat kepada salah seorang dibelakang dan meminta agar Cia yang mengantarkan.


Berharap-harap cemas Tibor menunggu kedatangan minuman itu. Tak lama kemudian muncul Cia dengan membawa minuman untuk tibor. Senang rasanya Tibor bertemu dangan Cia lagi. Masih marah ya, sapa tibor. Ah engga, jawab cia. Kalo gitu masih mau di cium dong, kata tibor. Cia diam, sambil memindahkan minuman dari nampan ke meja.


Diusapnya pinggang Cia sambil berkata: jangan marah dong, aku kan kangen banget sama kamu cia. Lalu Cia melirik ke arah Tibor sambil tersenyum. Tanpa pikir panjang, Tibor langsung menarik badan Cia dan langsung melumat bibir Cia dengan ganas. Cia pun langsung menerima ciuman itu dengan hangat. Perlakuan Tibor kali ini lebih membara, lebih buas dari perlakuan sebelumnya, sehingga Cia lebih kepayahan menghadapinya.


Payudara Cia diputar putar dengan keras bagian kanan dan kiri dan sesekali menggenggam dan meremas pantat Cia dengan gemas. Setelah tangan Tibor telah menggapai bagian pantat, kemudian digesernya tangan tersebut perlahan-lahan kebagian depan. Dielusnya vagina Cia yang tertutup celana dalam dan celana panjang secara lembut agar Cia lebih bisa menikmatinya.


Cia belum sadar bahwa tangan Tibor telah meraba bagian depan resleting celana cia. Sambil berciuman dan meremas remas payudara cia, Tibor mulai membuka kancing dan resleting celana Cia secara perlahan lahan. Akhirnya tangan Tibor telah sampai pada celana dalam Cia yang berwarna coklat muda. Tibor mulai memutar-mutar jari tangannya disekitar depan celana dalam cia, namun Cia tetap asik menerima ciuman tibor.


Saking keenakan, tanpa terasa oleh cia, tangan Tibor susah bergerilya masuk kedalam celana dalam cia. Tibor merasakan bulu halus di sekitar vagina cia, kemudian tangan Tibor berusaha mengapai masuk ke vagina cia. Cia makin merasakan kenikmatan atas sentuhan tangan tibor. Makin menggeliat-geliat tubuh Cia setelah jari tengah Tibor masuk ke dalam vagina cia.


Tibor memasukkan jari tengahnya lebih dalam ke vagina Cia dan mengeluarkannya dengan irama yang lembut. Makin enak Cia dibuatnya, sehingga pantat Cia bergerak maju mundur tanpa terasa. Kemudian Tibor menyesuaikan irama maju mundur itu yang disesuaikan dengan keluar masuknya jari tengah tibor. Cia tak tahan menerima nikmatnya gerakan tangan tibor, sehingga gerakan pantat Cia semakin keras. Saking tak tahannya, tangan Cia menghampiri tangan tibor.


Dipegangnya tangan Tibor agar lebih memasukkan jarinya ke vagina cia. Kemudian Cia mempercepat gerakan tangan dan gerakan pantat yang maju mundur itu. Menggeliat-geliatlah Cia dibarengi dengan desahan dan rintihan yang sendu dan panjang. Mendengar rintihan itu, Tibor secara perlahan-lahan membuka kancing dan menurunkan resleting celananya. Kemudian tangan Tibor menghampiri tangan Cia untuk diarahkan ke bawah menuju celana Tibor yang telah terbuka kancing dan reslingnya.


Diarahkan tangan Cia masuk kedalam celana dalam Tibor agar di remas-remas penis tibor. Tanpa terucap kata-kata, tangan Cia secara otomatis menggenggam penis Tibor dengan gerakan turun naik seolah-olah sebuah naluri kewanitaan yang keluar dari lubuknya. Derup jantung kedua insan yang sedang dilanda asmara itu semakin kencang, tanpa terasa, akibat gerakan gerakan yang terus-menerus, maka celana Cia maupun Tibor melorot ke bawah.


Alhasil, Tibor hanya memakai kaos dan celana dalam, dan Cia hanya memakai baju berkancing depan dan celana dalam. Dalam kondisi itu Tibor kangen ingin menlumat payudara cia, kemudian diangkatnya baju Cia ke atas dan diangkatnya pula bh Cia dari bawah sehingga muncullah dua buah dada besar bergoyang goyang akibat tangan Tibor mengangkat bh itu ke atas dengan cepat.


Dilumatlah tetek Cia bergantian kanan dan kiri, di dusel-dusel dengan pipi, mulut dan hidung tibor, sehingga ujung putingnya menyentuh bulu kumis Tibor yang membuat bulu kuduk Cia merinding dan badan Cia menggeliat keenakan. Sambil melumat tetek cia, Tibor membaringkan tubuh tia di atas meja, sehingga badan Cia tergeletak di atas meja, namun hanya sebatas pantat, kaki Cia tetap berada di bawah.


Tibor pun menindih tubuh Cia dengan terus melumat tetek Cia dan memainkan vagian Cia dengan jari tangannya. Vagian Cia telah basah dibuatnya dan Cia terus menggerakan pinggulnya keatas kebawah seperti orang sedang bersenggama. Cia pasrah dalam kondisi tersebut, karena sudah lelah merasakan kenikmatan yang bertubi-tubi. Saking geramnya, tangan Cia mencari penis Tibor yang berada diselangkangan. Agak susah menggapai penis itu karena posisi tetentang dan sedang di geryangi oleh tibor.


Setelah berhasil mendapatkan penis tibor, walupun posisinya agak miring, digenggamnya barang berukuran sedang itu dan dirasakan oleh tangan Cia dengan penuh kenikmatan. Kemudian barang itu diremas-remas dan genggam sambil turun naikkan agar Tibor merasa lebih nikmat. Tak tahan Cia merasakan kenikmatan itu, hingga dia duduk diatas meja seakan-akan ingin menyudahi pergumulan itu. Tibor pun kaget, ada apa gerangan pikirnya, lalu Cia turun dari duduknya di meja dan langsung meraih penis tibor.


Dipegangnya penis Tibor dengan dua tangan, kemudian dikulum dan dihisap hingga Tibor kaget dibuatnya. Tibor masih terbingung-bingung dengan tindakan Cia yang begitu berani, namun dibiarkannya karena memang nikmat sekali dikulum dan dilumat oleh mulut Cia. Tibor tak tahan menahan nikmatnya isapan mulut cia, lalu dicarinya tetek Cia untuk diremas-remas agar lebih merangsang penisnya. Disuruhnya Cia agak keatas sedikit, yaitu bersimpu dengan dengkulnya agar posisinya enak.


Diteruskan isapan penis Tibor oleh Cia, sambil diremas-remasnya tetek Cia dengan kedua tangan Tibor. Muka Tibor menengadah ke atas, merasakan nikmatnya suasana itu. Setelah itu, pikiran Tibor sudah tidak karuan lagi, diangkatnya badan Cia dengan kedua tangan Tibor, kemudian dibaringkanlah Cia di atas meja. Cia diam tak bersuara, pasrah atas apa yang akan dilakukan Tibor terhadapnya.


Vagian Cia pas berhadapan dengan penis Tibor, karena badan Cia tergeletak di meja hanya sebatas pantat, maka diarahkannya penis Tibor ke vagina Cia perlahan-lahan. Ketika kepala penis Tibor menyentuh kemaluan Cia, mendesahlah Cia seperti kepedasan. Dimasukannya penis Tibor sedikit demi sedikit, makin menggeliatlah Cia dibuatnya.


Ketika seluruh penis Tibor masuk kedalam kemaluan Cia, terasa hagat dirasakan Cia. Dipeluknya Tibor erat-erat agar tidak melepaskan penisnya dari dalam vagina itu. Ditekannya pantat Tibor erat-erat oleh kedua tangan Cia agar penisnya lebih masuk ke dalam. Tibor mulai menarik dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Cia, makin merontalah Cia dengan gerakan itu. Desahan Cia semakin membuat nafsu Tibor terbakar, sehingga dipercepatlah gerakan keluar masuk itu.


Cia makin meronta keenakan, dengan menggoyang pingulnya agar Tibor lebih bersemangat. Goyangan naik turun pinggul Cia membuat Tibor tak tahan membendung spermanya, dipercepat gerakan maju mundur penis Tibor agar ejakulasinya terasa lebih nikmat. Cia merasakan penis Tibor lebih membesar dan mengeras disertai percepatan gerakan maju mundur penis Tibor.


Berdesahlah Cia merasakan kenikmatan itu dan dipeluknya Tibor erat-erat agar tidak menghentikan gerakan itu dan berharap ketika muncratnya sperma, seluruh penis Tibor berada di dalam vagina Cia. Berteriaklah Tibor dengan mendesah, yang bertanda bahwa sperma Tibor keluar muncrat beberapa kali di dalam vagina cia. Tetap dipeluknya


Tibor erat-erat oleh Cia, agar badan Tibor tetap melekat pada permukaan tubuh bagian atas badan Cia. Bahagia Cia menerima semprotan sperma Tibor yang begitu dasyat, sambil tersenyum dan memejamkan mata akan nikmatnya suasana tersebut. diciumnya Tibor berulang kali untuk menandakan kebahagiaan Cia atas perbuatan itu.





Cia sangat bahagia walaupun penis Tibor hanya sekitar 15 menit keluar masuk di vagina Cia, namun 15 menit bagi Cia sudah terlalu cukup, karena pada waktu pemanasan Cia telah berada di puncak birahi berkali kali. Cia merenggangkan pelukannya dan berkata, terima kasih ya bang, aku bahagia sekali dan kemudian mencium Tibor dengan penuh kasih sayang. Sama-sama cia, abang juga bahagia kok, kamu enak dan bergairah jawab Tibor sambil tersenyum. Gila, kaya nggak ada apa-apa…., takutnya Cia minta tanggung jawab tau apa gitu…., enak juga si Tibor. 

Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar

 Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar Untuk pembaca yang baru kesempatan ini membaca ceritaku, izinkan saya mengenalkan diri. Saya umum di panggil Wawan. Saya berusia 24 th. serta sekarang ini masih tetap berstatus mahasiswa di satu diantara PTS di Jakarta. Satu status yang menginginkan secepat-cepatnya kutanggalkan, supaya saya dapat selekasnya jadi sarjana. Tinggal skripsi yang masih tetap menghambat langkahku. 


Seperti sudah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, saya sudah memiliki usaha sendiri, di mana hasilna lebih dari cukup utk membiayai kuliah serta hidupku di ibukota ini. Termasuk juga pastinya untuk “biaya kenakalan lelaki”, hehe.. 


Siang itu saya tengah jemu setelah berjam-jam menggunakan saat dimuka notebook untuk kerjakan satu diantara project dari clientku. Memanglah saya menginginkan secepat-cepatnya merampungkan project ini, mengingat nilainya yang cukup besar. Terbayang enaknya liburan di Bali atau Lombok apabila kelak sudah terima pembayaran dari clientku ini. 


Karna perut telah keroncongan, saya selekasnya ambil kunci mobilku serta pergi ke mal di daerah Jakarta Barat untuk makan siang. Memanglah di kulkas kamar kostku hanya tersisa sepotong pizza sisa semalam. Tiba di mal itu, saya menuju KFC untuk makan siang. 


Seperti umum, setelah makan siang saya bersihkan mata melihat-lihat toko di mal itu. Kemudian, saya singgah di studio 21 yang terdapat di lantai 3 mal itu untuk melihat-lihat film yang tengah diputar. Memanglah gagasannya bila ada film yang bagus saya menginginkan nonton untuk refreshing sebelumnya mulai kerjakan projectku sekali lagi kelak malam. 


Waktu masuk lobby, sesudah melalui lorong yang dipakai untuk bermain video-game, kulihat seseorang gadis manis tengah duduk sendiri sembari memainkan handphonenya. Saya seperti rasakan “deja vu”. Teringat olehku pengalaman sekian waktu lalu waktu ingin menggoda seseorang gadis sendirian di lobby studio 21, yang nyatanya membawa cowoknya. Namun tidak kenapa, saya sok nekat saja duduk di sampingnya sembari tersenyum. Dia juga membalas tersenyum sembari lalu kembali repot dengan ponselnya. 


“Ren.. lo ada di mana sich? Cepetan dong gue telah di lobby nih” tuturnya. “Ya telah.. cepetan deh” katanya sekali lagi. 


“Sedang nunggu pacar ya? ” tanyaku sok akrab“Nggak kok mas. Rekan. ” sahutnya singkat sembari tersenyum. “Mas sendirian saja? ” tanyanya lebih lanjut“Wah agresif juga nih cewek” fikirku. “Iya sendirian saja. Ingin nemenin? Jalan yuk” tanyaku nakal. “Mau ngajak kemana? ” tanyanya“Jalan-jalan aja” sahutku. Dia tersenyum sekali lagi menaikkan manis berwajah yang berbibir tidak tebal itu. Saya miliki perasaan dia ini ABG nakal yang seringkali nongkrong di mal-mal mencari mangsa. “Oh ya, namanya siapa? ” tanyaku“Elis” sahutnya sembari mengulurkan tangannya“Wawan” kataku menyongsong uluran tangannya. Kuperhatikan tampilan Elis, gadis manis ini. Rambutnya sebahu dgn muka yang manis. Kenakan pakaian kaos ketat dipadukan celana jeans. Buah dadanya terlihat menonjol ranum dibalik kaos ketat yang dipakainya. Terbayang enaknya apabila saya dapat rasakan kenyalnya buah dada ranum ABG manis ini. 


“Nggak sekolah? ” tanyaku lebih lanjut“Nggak tengah bolos. Males sich.. ”“Emang sekolah di mana? ”Dia lalu mengatakan satu diantara SMU Negeri di lokasi Jakarta Barat. 


“Hey.. sori ya gue telat”. Mendadak seseorang gadis menegur. “Sialan lo.., gue telah nunggu lama tau.. ” sahut Elis pada sang gadis. Kulihat si gadis yang baru datang, serta mataku terkagum-kagum lihat penampilannya. Berwajah begitu cantik, dengan rambut panjang, serupa dengan Ratu Felissa bintang sinetron remaja yang populer itu. 


“Ren, ini kenalin rekan gue” tuturnya mengenalkanku. Kami selekasnya berteman. Kemaluanku makin berontak waktu jemarinya yang halus sedikit kuremas waktu kami berjabat tangan. Nyatanya namanya Rena. Tanktopnya yang seksi makin menaikkan hot penampilannya. Namun kulihat buah dadanya tidak sebesar milik rekannya. Walau demikian kulit badannya yang putih mulus menebar aroma seksual yang tinggi. 


“Mau kemana nih mas? Kita makan dahulu saja yuk? ” ajak Elis. Pada akhirnya kami bertiga pergi ke satu restoran fast food. Waktu kami jalan, banyak cowok yang memerhatikan perilaku ke-2 ABG ini dengan pandangan bernafsu. Terlebih pada Rena yang benar-benar sangat cantik itu. Karna telah makan, saya cuma pesan minum saja untukku, sesaat mereka nikmati makan siangnya. Sembari nikmati pesanan semasing, kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing mereka, supaya saya percaya mereka dapat kuajak check-in kelak. Saya tidak ingin kecele, sesudah keluarkan uang banyak buat mereka nyatanya mereka tidak dapat di nikmati, hehe.. 


Menginginkan selekasnya saya rasakan kehangatan serta kemulusan badan belia mereka. Walau demikian, nyatanya tidak semudah itu. Banyak sistem yang perlu dilewati, dengan kata lain ada cost yang perlu di keluarkan terlebih dulu. Setelah makan, mereka minta dibelikan pulsa HP, selalu berbelanja pakaian, dan lain-lain. Namun tidak apalah, fikirku. Kebetulan baru minggu lantas saya terima pembayaran dari salah seseorang clientku. Memanglah bila ingin barang bagus ada harga yang perlu dibayar. Terlebih terbayang enaknya jika saya dapat menyetubuhi ke-2 gadis ABG ini dengan berbarengan. 


“Yuk jalan. Pusing nih di mal terus” kataku sesudah mereka usai belanja. Memanglah saya telah memastikan limit pengeluaran untuk mereka. Selain itu, saya telah tidak tahan menginginkan selekasnya nikmati badan seksi Elis serta muka cantik Rena. 




Mereka akhirnya setuju dan kami menuju tempat parkir. Kukebut mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.


=====


Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.


“Buka dulu aja mas..” bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.“Bukain ya” kataku.


Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.


“Besar sekali mas. Rena suka..” kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.


Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.


Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.


Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.


Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.


“Ayo buka pakaiannya dong sayang..” kataku.Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.“Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu” kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.


Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.


“Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.


Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.


“Sebentar ya Lis..”kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.


“Pelan-pelan ya mas..” desahnya perlahan.Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.


“Ahhhh…ahhhh” desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.


“Kamu buka juga dong Lis” kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.“Biarin aja pakaian dalamnya Lis..” ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.


Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.


“Ahhhh….” erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.“Sstttthhhh….sstttt” erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.


Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.


“Ahhhhh……” erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.


“Giliranmu Lis..” kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.


“Ihhh..gede banget…iihhhh” desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.


Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.


“Ihh..ihh..” desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara “doggy-style”.


“Sini Ren” panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.


“Ihh..ihh.. Elis sampai mas…ihhhh..” erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.


Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.


Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.


=====


Setelah membersihkan diri, kami bertiga tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.


“Mas mainnya hebat banget …” kata Rena sambil tersenyum manis.“Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan…”sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.


“Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabku asal.“Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis..” kata Rena pada temannya.


“Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini..” kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.“Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas..” Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.


“Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya..” ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.“Jangan ah. Udah nggak usah” tolakku.“Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok..” sahutnya.“Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho” kataku.“Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian” katanya bak sutradara kawakan.


Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.


“Rambut lo Lis..jangan nutupin” kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.


Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.


Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.


Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.


“Lis..gantian gue dong..” katanya beberapa saat kemudian.Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.


“Jangan pakai tangan Ren..” kata Elis yang sedang merekam adegan kami.Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.


Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.


“Arrghh.. hampir sampai nih..” erangku.“Mas yang ambil ya..” kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.


Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.


——————-


Setelah beristirahat sejenak, aku memesan minuman. Sambil menunggu pesanan datang, aku meminta hp Rena. Aku ingin memastikan wajahku tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil.


Kami mengobrol beberapa lama di kamar hotel itu, sebelum beranjak pulang menjelang malam. Kuantar mereka kembali ke mal tempat aku bertemu dengan mereka. Kuberi mereka uang taksi secukupnya.


“Makasih ya Mas. Sering-sering telpon kita ya..” ujar Rena saat turun dari mobil.“Ok, daaggh..” kataku pada mereka berdua.


Aku segera menjalankan mobilku kembali menuju tempat kost. Sehabis makan malam, aku melanjutkan mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah menjadi fresh kembali setelah diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal yang cantik.

Begitu liar dan ganas Janda Ditinggal Suami goyanganku banyak variasi

Begitu liar dan ganas Janda Ditinggal Suami goyanganku banyak variasi Perjalanan Usaha ke Surabaya sesungguhnya benar-benar mengasyikkan, karna juga akan ketemu dengan sahabat lama yang telah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tidak dapat temaniku karna kesibukannya. 


Dengan ditemani Andi, salah seseorang kepercayaanku, kami terbang dengan flight sore agar dapat istirahat serta besok dapat meeting dalam kondisi fresh serta tidak loyo karna mesti bangun pagi pagi buta, mengingat meeting besok saya prediksikan juga akan berjalan cukup alot karna menyangkut negosiasi serta kontrak, selain itu meeting dengan Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam 10 : 00 pagi. Jam 19 : 00 kami cek in di Sheraton Hotel, sesudah merampungkan administrasinya kami segera masuk ke kamar masing masing untuk istirahat. 


Kurendam badanku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa capek sesudah sepanjang hari meeting di kantor mempersiapkan bahan meeting untuk besok. Cukup lama saya di kamar mandi sampai kudengar HP ku berbunyi, namun tidak kuperhatikan, paling juga suamiku yang sekali lagi kesepian dirumah, fikirku. 


Sesudah senang merendam diri, kukeringkan badanku dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan baju enjoy, celana jeans straight serta kaos ketat full press body tanpa ada lengan sampai lekuk badanku tercetak terang, kupandangi penampilanku di kaca, dadaku terlihat padat serta menantang, cukup attraktif, di usiaku yang 32 th. tentu orang juga akan menduga saya masih tetap berusia sekitaran 27 th.. 


Kutelepon ke tempat tinggal serta HP suamiku, namun keduanya tak ada yang jawab, lantas kuhubungi kamar Andi yang nginap pas di samping, idem ditto. Saya teringat miss call di HP-ku, nyatanya si Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia. 


“hallo sayang, barusan telepon ya” sapaku“mbak Lily, ketemu yok, saya telah kangen nih, kita pesta yok, nanti saya yang nyiapin pesertanya, tentu oke deh mbak” nada dari ujung merajuk“pesta apaan? ”“pesta asyik deh, ditanggung senang, Mbak Hanya siapkan tempatnya saja, yang lain serahkan ke Rio, tentu beres, saya jamin mbak” bujuknya“emang berapakah orang” tanyaku penasaran“rencanaku sich saya dengan dua rekanku, yang lain terserah mbak, jaminan kepuasannya Rio deh mbak”“asik juga sich, sayang saya sekali lagi di Surabaya nih, bagaimana jika sekembalinya saya nanti”“wah sayang juga sich mbak, saya sekali lagi kangen saat ini nih”“simpan saja dahulu ya sayang, nanti tentu saya kabari sekembaliku nanti”“baiklah mbak, janganlah lupa ya”“aku tidak juga akan lupa kok sayang, eh kamu miliki rekan di Surabaya tidak? ” tanyaku saat tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar gagasan pestanya Rio. “Nah kan buat pesta di Surabaya” ada suara kecewa di suaranya“gimana miliki tidak, saya butuh malam hari ini saja”“ada sich, agar dia hubungi Mbak kelak, nginapnya di mana sich? ”“kamu tahu kan seleraku, janganlah asal ngasih nanti saya kecewa”“garansi deh mbak” 


Kumatikan HP sesudah memberitahu hotel serta kamarku, lantas saya ke lobby sendirian, masih tetap sore, fikirku sesudah lihat arlojiku masih tetap jam 21 : 00 namun cukup telat untuk makan malam. 


Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak sudut menghadap ke pintu hingga saya dapat mencermati tamu yang masuk. Saat menanti pesanan makanan saya lihat Pak Reza tengah makan dengan seseorang rekannya, jadi kuhampiri serta kusapa dia. 


“malam Ayah, apa kabarnya? ” sapaku sembari menyalami dia“eh Mbak Lily, kapan datang, kenalin ini Pak Edwin buyer kita yang juga akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak Reza, saya menyalami Pak Edwin dengan hangat. “silahkan duduk, gabung saja dengan kami, agar lebih ramai, siapa tahu kita tidak butuh sekali lagi meeting besok” kelakar Pak Edwin dengan ramah. “terima kasih Pak, wah kebetulan kita berjumpa disini, kan saya nginap di hotel ini” jawabku lantas duduk gabung dengan mereka. 


Kami juga bercakap enteng sembari makan malam, sampai saya tahu bila Pak Edwin serta Pak Reza nyatanya sahabat lama yang senantiasa sharing dalam sukai serta duka, walau nampaknya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitaran 45 th., sesaat Pak Edwin, seseorang chinesse, mungkin saja usianya tidak lebih dari 40 th., maksimal 37 th. perkiraanku. Sesudah usai makan malam, saya pesan red wine kesukaanku, sesaat mereka pesan minuman beda yang saya tidaklah terlalu cermati. 


“Bagaimana dengan besok, everything is oke? ” Bertanya Pak Reza“Untuk Ayah saya sediakan yang khusus, bila tahu ayah ada di sini tentu kubawa proposalku tadi” kelakarku sembari tersenyum melirik Pak Edwin, si cina ganteng itu. Tidak merasa jarum jam telah tunjukkan jam 22 : 30, cukup lama juga kita bercakap serta tak tahu telah berapakah gelas red wine yang telah meluncur membasahi tenggorokanku sampai kepalaku agak berat, tidak sempat saya minum wine sejumlah ini, dampak alcohol kelihatannya telah menyerangku. Tamu telah sedikit sekali lagi di sekitar kami. Kupanggil waitres untuk merampungkan pembayaran yang di charge ke kamarku. 


Kamipun beranjak akan pulang saat tiba tiba kepalaku merasa berat serta tubuhku terhuyung ke Pak Edwin, Pak Reza telah duluan pergi saat Pak Edwin memeluk serta menuntunku ke lift menuju kamar, saya sendiri telah di antara sadar serta tidak, saat Pak Edwin ambil tas tanganku serta ambil kunci kamar lantas membukanya. Dengan hati hati Pak Edwin merebahkan badanku di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku serta perlahan-lahan membenarkan tempat badanku, saya telah tidak ingat setelah itu.





Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Edwin sedang menindih tubuhku sambil mengulumi kedua putingku secara bergantian, tubuhku sudah telanjang, entah kapan dia melepasnya begitu juga Pak Edwin yang hanya memakai celana dalam.


Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Edwin yang masih bermain di kedua buah dadaku. Tangannya mulai mempermainkan selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan vaginaku sudah basah, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan.


“sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Edwin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dengan penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya. Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata penisnya yang tegang tidak sedasyat yang aku bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan.


Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar di buah dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris dan bibir vaginaku sambil jari tangannya mulai mengocok vaginaku.


“sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Edwin. Pak Edwin kembali ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau mengulum penis pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang itu memang besar.


Dia mengocok mulutku dengan penisnya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya untung, tidak berlangsung lama. Pak Edwin kembali berada diantara kakiku, disapukannya penisnya ke bibir vaginaku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah penis itu ke vaginaku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam vaginaku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang penis Pak Edwin.


“ehh.. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Edwin mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokku seperti piston pada mesin mobil yang tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding vaginaku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas tubuhku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.


Pak Edwin menaikkan tubuhnya dan bertumpu pada lutut dia mengocokku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di vaginaku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding vaginaku, denyutnya sampai terasa di bibir vaginaku, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis.


Agak kecewa juga aku dibuatnya karena aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit.“sorry aku duluan” bisiknya di telingaku sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku.“nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru.Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup kekesalan diriku.


“I need another kontol” pikirku kalutKulihat di HP ada SMS dari Rio dengan pesan “namanya Rino, akan menghubungi mbak, dari Rio”Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Edwin, kulihat Pak Edwin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku.


Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yang tak tuntas, lalu kucuci vaginaku dari sperma Edwin, kalau tidak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya.Kulayangkan pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada Pak Edwin mungkin sudah kuhubungi Rio untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia.


Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok laki laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya.


“mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanyaAgak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.“Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal, tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku bingung memikirkannya.“kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang“eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata“jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”“iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku“ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.


Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan.


“di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku pada Rino tegas.“Nggak apa mbak, aku ikuti saja permainan Mbak Lily, aku percaya sama Rio dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk.Kulihat Edwin masih berbaring di ranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki laki yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Edwin bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang dia ke kamar mandi. Aku kaget lalu melihat ke Rino yang hanya dibalas dengan senyuman nakal.


“wah ngganggu nih” celetuk Rino“ah enggak udah selesai kok”jawabku singkat“baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Lily” teriak Edwin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku nggak tau.“Rio udah cerita sama aku mengenai mbak” bisik Rino pelan supaya tidak terdengar Edwin.


Edwin keluar dari kamar mandi dengan tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaku hingga aku telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Edwin mulai menjamah buah dadaku, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Edwin mengulum putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di kedua buah dadaku.


Kulihat Rino masih tetap duduk di kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya.Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan tubuhnya berahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Edwin di seluruh tubuhku, kupejamkan mataku sambil menikmati cumbuan Edwin.


Ketika jilatan Edwin mencapai selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaku dari belakang, kubuka mataku ternyata Edwin sedang sibuk di selangkanganku dan Rino berada di belakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaku membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yang dari Rino lebih menarik konsentrasiku.


Mereka merebahkan tubuhku di ranjang, Edwin tetap berkutat di vaginaku sementara Rino beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai penis Rino yang menegang, agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir dua kali punya Edwin meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya.Edwin membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi penisnya tepat menghadap ke mukaku persisnya ke mulutku.


Untuk kedua kalinya Edwin melesakkan penisnya ke vaginaku dan langsung menyodok dengan keras hingga penis Rino menyentuh pipiku. Kuremas penis itu ketika Edwin dengan gairahnya mengobok obok vaginaku. Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yang diberikan Edwin, kujilati Penis Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Edwin menghentakkan tubuhnya ke pantatku, meski tidak sampai menyentuh dinding terdalam vaginaku tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya. Kukulum penis Rino dengan gairah segairah kocokan Edwin padaku, Rino memegang kepalaku dan menekan dalam dalam sehingga penisnya masuk lebih dalam ke mulutku meski tidak semuanya tertanam di dalam. Sambil mengocok tangan Edwin meraba raba punggungku hingga ke dadaku, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan penisnya dari mulutku.


“eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat penis Edwin.Tak lama kemudian Edwin menghentikan kocokannya dan mengeluakan penisnya dari vaginaku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Edwin, dengan mudahnya dia melesakkan penisnya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari penis Edwin, kini ini kurasakan dinding bagian dalam vaginaku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika penis Rino menyentuhnya. Dia langsung mengocok perlahan dengan penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dengan gerakan tubuhnya sehingga penisnya makin masuk ke dalam mengisi rongga vaginaku yang tidak berhasil terisi oleh penis Edwin.


Ada kenikmatan yang berbeda antara Edwin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yang luar biasa padaku saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Edwin entah kemana dia tidak ada di depanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tidak orgasme duluan.Rino lalu membalikku, kini aku telentang di depannya, ditindihnya tubuhku dengan tubuh sexy-nya lalu kembali dia memasukkan penisnya, dengan sekali dorong amblaslah tertelan vaginaku, dengan cepat dan keras dia mengocokku, penisnya yang keras dengan kepala besar seakan mengaduk aduk isi vaginaku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yang kudapat.


“eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yang eksotik itu. Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aku makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya. Kulihat Edwin berdiri di samping Rino, tatapan mataku tertuju pada penisnya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal penisnya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dengan pandangan dan senyum nakal.


Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar penisnya disaat saat aku menikmatinya dengan penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Edwin menggantikan posisinya, begitu penisnya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu penisnya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan, ternyata kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Edwin menghunjam tajam ke vaginaku, klitorisku seperti di gelitik gelitik saat Edwin mengocok vaginaku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yang aneh tapi begitu penuh gairah.


Edwin merasakan kemenangan ketika tubuhku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaku, disodorkannya penisnya ke mulutku, aku tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut, kucium aroma vaginaku masih menempel di penisnya, langsung kubuka mulutku menerima penis itu. Sementara kocokan Edwin di vaginaku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aku tak sempat mendesah karena disibukkan penis Rino yang keluar masuk mulutku. Aku menerima dua kocokan bersamaan di atas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini.


Setelah cukup lama mengocokku dengan kondom kepalanya, Edwin menarik keluar penisnya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke vaginaku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari penis Edwin yang tertanam di vaginaku, denyutannya seakan memelarkan vaginaku karena terasa begitu membesar saat orgasme membuatku menyusul beberapa detik kemudian, dan kugapailah kenikmatan puncak dari permainan sex, kini aku bisa mendapatkan orgasme dari Edwin. Tahu bahwa Edwin telah mendapatkan kepuasannya, Rino beranjak menggantikan posisi Edwin, tapi itu tak lama, dia memintaku untuk di atas dan kuturuti permintaannya.Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga penisnya bisa masuk ke vaginaku tanpa kesulitan berarti.


Aku langsung mengocok penisnya dengan gerakan menaik turunkan pantatku, buah dadaku yang menggantung di depannya tak lepas dari jamahannya, diremasnya dengan penuh gairah seiring dengan kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam penisnya menancap di vagina dan makin tinggi kenikmatan yang kudapat. Karena gairahku belum turun banyak saat menggapai orgasme dengan Edwin, maka tak lama kemudian kugapai lagi orgasme berikutnya dari Rino, denyutanku seolah meremas remas penis Rino di vaginaku.


“OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakkuRino yang belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, tubuhku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengocokku dia memeluk tubuhku dengan erat, kini aku Cuma bisa mendesah di dekat telinganya sambil sesekali kukulum. Tak berapa lama kemudian Rino pun mencapai puncaknya, kurasakan semprotan sperma dan denyutan yang keras di vaginaku terutama kepala penisnya yang membesar hingga mengisi semua vaginaku.


“oouuhh..yess..I love it” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino.Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yang disusul denyutan lainnya yang melemah hingga menghilang dan lemaslah batang penis di vaginaku itu.Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan akupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sambil tangannya ditumpangkan di buah dadaku, kurasakan hembusan napasnya di telingaku.


“mbak Lily sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaku.Aku hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yang baru saja terjadi.Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yang berarti sudah jam 1 malam.“Rino, kamu nginap sini ya nemenin aku ya, Koh Edwin kalau nggak keberatan dan tidak ada yang marah di rumah kuminta ikut nemenin, gimana?” pintaku“Dengan senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku.


Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan tubuhku menghadap Edwin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku memeluk tubuhnya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya memegang buah dadaku sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aku berada ditengah diantara dua laki laki yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.


Entah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik vaginaku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang dengan posisi seperti itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai mengocokku dari belakang dengan perlahan sambil meremas remas buah dadaku. Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian Rino kurasakan denyutan kuat dari penis Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aku melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah bangun, dia memintaku menghadap ke Rino ganti dia yang mengocokku dari belakang seperti tadi sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas.


Berbeda dengan kocokan Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan kocokan dengan keras disertai remasan kuat di buah dadaku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin mengocokku hingga aku mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yang terputus.


Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.“pagi bu, udah bangun?” tanyanya dari seberang“pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus” jawabku memberi perintah“beres bu” jawabnya“Edwin, aku ada meeting dengan Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaku“lho meetingnya kan juga sama sama aku” jawab Edwin“oh ya? dia tidak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya”“oke anyway, aku tak mau datang ke tempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin”“Ayo mandi lalu kita cari pakaian di bawah” kataku“Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting” kataku sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan.


Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku dan menjilati telingaku, kuraih penisnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang. Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan angkat kaki kananku dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, dengan ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Edwin langsung menancapkan sedalam dia bisa. Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Edwin menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku, tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan dengan penuh gairah.


Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dengan blazer untuk menutupi putingku yang menonjol di balik tank top-ku, lalu kupadu dengan rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aku merasa sexy dibuatnya.


Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.“Kalau kamu mau mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas ciuman dan remasan di buah dadaku.


Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Andi keluar dari kamarnya tepat ketika aku keluar bersama Edwin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat, tapi aku yakin dia melihatnya.


“Morning Andi” sapaku“eh morning Bu, ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.“Thanks Ndi” jawabku singkat.


Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada di pikiran Andi bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku, ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aku pakai sepatu hak tinggi, maka kini aku lebih tinggi darinya, posturnya tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Andi sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.


Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.“Ting”, untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.“Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini” Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.“Oh iya, Andi, ini Pak Edwin, clien dari Pak Reza yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting” kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Andi.“Pak Edwin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya boleh di uji” lanjutku memuji Andi, itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supayaclien lebih confident.


Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya.


Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle.


Aku dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Edwin duduk di sebelah kiriku.“Ndi tolong nyalakan laptop, aku ke toilet sebentar” kataku sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita yang muda dan cantik ketika aku kembali ke ruangan meeting.“Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaku sambil menyalami mereka berdua“Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini” kata Pak Reza“emang selama ini nggak cantik” jawabku“Lily” sapaku pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan“Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis“bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah”“Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile” kataku lagi“dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak Reza.


Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima kocokan di vaginanya sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yang ada laptop-ku dan karena buru buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down” yang aku pilih tapi “stand by”. Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku “re-booting”, kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini.


Meeting dimulai dengan presentasi Andi dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Andi, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi piawai dalam negosiasi.


Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak Reza, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.“Ndi, kamu revisi dan di print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku“baik bu”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen dokumen yang diperlukan.Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan.“Selamat Mbak Lily semoga sukses dengan kerja sama kita ini” Pak Edwin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.Aku menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.“Anda begitu hebat dalam negosiasi” katakuTanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaku.“terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi tadi malam di tempat Ibu”“oh ya? apa itu”jawabku kaget“Pak Edwin menginap di tempat mbak” katanya pelan mengagetkanku“dan satu orang cowok lagi” lanjutnyaKulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yang masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Edwin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum.Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku“Selamat atas kerja sama kita” katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik tubuhku ke pelukannya“I know what you did last night” katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.Aku masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaku tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.“Pak Reza banyak orang, malu ah” jawabku pelan“banyak orang? ini kan kita kita juga” jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatkuKulirik Pak Edwin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Edwin.“Mari kita rayakan kerja sama ini dengan penuh persahabatan” bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dengan tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang, aku yakin Lisa maupun Edwin bisa melihat celana dalam model “Thong” yang hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantatku.


Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yang menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yang kukenakan dibaliknya. Dengan hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yang menonjol di baliknya.


Sebenarnya aku bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan wajahnya yang galak tegas membuat aku takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketakutan masalah bisnis, aku yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aku juga mau dicumbunya.


Kulihat Pak Edwin sudah berciuman dengan Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang montok itu.Pak Reza lalu menelentangkan tubuhku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati vaginaku dengan gairahnya.


Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aku berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.Lisa membuka pintu, ternyata room boy yang mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya ke kamarku dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda “DO NOT DISTURB”, setelah mengunci pintu Lisa membuka dan menuangkan untuk kami.


Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaku di depan semua orang.“wow, very nice breast, begitu kencang, I love it” komentar Pak Reza lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya. Ciumannya dengan cepat berpindah ke puncak bukit dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya. Dengan cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan selangkanganku setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Edwin dan kembali merebahkan aku di meja meeting, dijilatinya vaginaku dari balik celana dalamku.


Edwin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaku kemudian mengulum putingnya, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di vaginaku, tapi aku tak berani mendesah. Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yang montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yang sudah kupesan, ternyata akulah yang menjadi santapan selamat, bukan champagne itu. Disaat aku lagi meregang dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dengan ketukan.


“Andi” teriakku panik aku tak ingin Andi melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaku dimatanya.Kudorong kepala Pak Reza dengan halus, aku mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dengan hati hati pintu itu dan masuklan Andi dengan membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum aku sempat menutupi tubuh atasku.


Kulihat wajah Andi melongo terkaget kaget melihat aku duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Edwin ada dibelakangku dengan bertelanjang dada.“eh ma..ma..maaf mengganggu” katanya lalu berbalik ke pintu, tapi Lisa segera menghalangi dan menutup kembali pintu itu.“Udah duduk saja di sini” jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.“tapi..tapi ..tapi ini harus ditandatangani” jawabnya belum sadar dengan apa yang terjadi.“nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aku Bantu” kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Andi dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..“taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk” kata Lisa sambil menarik Andi duduk disebelahnya di sofa.Kulihat wajah Andi masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah lakuku.“Sudah terlambat, persetan, apa yang terjadi terjadilah” pikirku dan kembali telentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotnya rok mini dan celana dalamku.


Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Andi tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Andi di ruangan itu ketika lidah Pak Reza dengan cantiknya kembali menggelitik klitorisku. Edwin membimbing tanganku dan dipegangkan ke penisnya yang sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan penisnya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama kukocok penis itu.


Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Andi, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Andi dan mereka sedang berciuman.Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aku jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tidak memakai celana dalam, dan wow penisnya yang menegang membuatku terpesona, besar dengan guratan otot di batangnya menonjol dengan jelas.


Segera kujilati kepala penisnya dan memasukkan kepala penisnya ke mulutku, kupermainkan dengan lidahku di dalam, tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala penis itu ke bibir vaginaku, pelan pelan mendorong hingga masuk semua lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah penis kedua di hari untuk vaginaku. Dia memandangku dengan penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur mengocok vaginaku, tangannya meraba buah dadaku lalu wajahku dan jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dengan lidahku.


Pak Edwin mendekat lalu meremas remas buah dadaku, kuraih penisnya yang masih tegang nongol dari lubang resliting dan kukocok seirama kocokan Pak Reza.Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Andi sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yang montok itu hampir menutup wajah Andi yang sedang terbenam di celah celahnya. Melihat hal itu, Pak Edwin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Andi, segera dia mengulum puting Lisa yang merah menantang berbagi dengan Andi, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dengan menggigit jarinya.


Setelah puas mengocokku dari depan sambil meremas remas buah dadaku, Pak Reza memintaku berbalik, maka aku berdiri membelakangi dia dan tubuhku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan penisnya di vaginaku, dia mengocok dengan kerasnya hingga meja meeting itu begoyang goyang. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Andi di vagina mengulum penis Pak Edwin yang berdiri di sampingnya.


Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang dibuatnya, ingin aku menjerit karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku.


Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Andi dan Edwin ternyata sudah bergeser ke meja di dekatku hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Andi mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Edwin berada di antara aku dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaku.


Terkaget aku ketika melihat Andi mengusapkan penisnya di vagina Lisa, ternyata penis Andi begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Edwin, mungkin sama besar dengan punya suamiku tapi dengan bentuk yang melengkung ke atas membuatku ingin menikmatinya, itu adalah bentuk penis favoritku.Sepertinya dia kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkan tapi gagal meski vagina Lisa sudah basah, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an. Kupegang tangannya dan dia meremasnya dengan kuat saat Andi berusaha mendorong lebih dalam, memasukkan mili demi mili penisnya ke dalam vagina Lisa. Sementara kocokan Pak Reza juga tak kalah nikmatnya, goyangannya semakin bervariasi menghunjam vaginaku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan.


Andi mulai mengocok Lisa dengan perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia kelojotan menerima kocokan Andi meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Andi mulai mempercepat dan menyodok dengan keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang kocokan Andi padanya.“Aaauughh..eeghh..ss” teriak Lisa tak dapat menahan kenikmatan yang diberikan Andi.“sstt” bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, meski aku sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan.


Andi mengocok Lisa dengan penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yang besar bergoyang goyang liar seiring dengan kocokannya, tapi segera dihentikan dengan kuluman Pak Edwin yang sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyang sendirian.


Kokocakan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goyangannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.Setelah puas mengocokku, Pak Reza menarik keluar penisnya, dan digantikan dengan Pak Edwin mengocokku. Aku berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Edwin mengocokku dengan doggie style dengan tetap menghadap ke Lisa dan Andi dan juga Pak Reza yang kini berdiri di sisi Andi menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yang montok manantang itu menggantikan posisi Pak Edwin.


Andi mengocok Lisa makin ganas, dengan satu kaki terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dengan posisi terpentang pasti penis Andi melesak masuk ke vagina Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dengan disertai dorongan yang keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan.Andi lalu memiringkan tubuh Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali mengocoknya dengan keras, buah dada Lisa ikut bergoyang goyang seirama kocokan Andi. “gila hebat juga ini anak” batinku.


Kocokan Pak Edwin tak terlalu kuperhatikan karena setelah mendapatkan Pak Reza punya Pak Edwin tidaklah terlalu berasa meski aku bisa menikmati sedikit kenikmatan yang berbeda, dengan melihat bagaimana Andi memperlakukan Lisa aku bisa dengan cepat bergairah kembali, maka kugoyangkan pantatku melawan gerakan Pak Edwin, secepat kocokan Andi pada Lisa, aku begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Andi tidak orgasme di vagina Lisa terlebih dahulu supaya aku bisa menikmati semprotan pertamanya.


Sambil menunggu giliran yang belum juga diberikan Andi, Pak Reza menggapai buah dadaku dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yang lebih montok seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yang berlainan bentuk dan ukuran.


Aku sudah khawatir cemas kalau ternyata Andi menyemprotkan spermanya di vagina Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia mengocokkan penisnya ke vagina Lisa, sudah setengah jam lebih.“gila kuat juga si Andi ini” batinku.


Kini Andi mengocok Lisa dengan posisi doggie di atas kursi, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yang besar menggantung dan bergoyang dengan indahnya ketika Andi mengocoknya, Pak Reza yang masih menunggu giliran dari Andi duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulumnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aku menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu penis.


Mendapatkan perlakuan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aku dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya penis Andi yang besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dengan kuluman pada penis Pak Reza.


Andi menghentikan kocokannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Andi mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aku dibuatnya karena tidak bisa menikmati penis Andi itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi. Masih bisa kulihat dengan lebih jelas betapa nikmatnya penis Andi itu hingga Lisa mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya.


Aku yakin Lisa kurang bisa menikmati Pak Reza setelah merasakan penis Andi. Kocokan Pak Edwin tidak kuperhatikan lagi, tapi aku lebih menikmati kuluman Lisa pada penis Andi itu meski Pak Edwin mulai melakukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaku, dia lalu memutar kursi hingga Aku dan Lisa berjejer, tapi Andi malah menggeser tubuhnya ke sisi lain malah menjauhiku.


Pak Reza meremas buah dadaku sambil mengocok Lisa, sementara Pak Edwin meremas buah dada Lisa sambil mengocokku dan Andi meremas remas buah dada montok yang satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aku menginginkan Andi tapi dia selalu menghindariku sepertinya dia segan menyentuhku.


“come on Andi, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you” jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi. Andi berciuman dengan Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aku iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukar tempat, Andi tetap tak mau beranjak ke arahku. Kembali aku mendapat kocokan dari Pak Reza, oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, ouh betapa nikmatnya sodokan dan kocokan beliau jauh lebih nikmat dibanding dengan Pak Edwin tadi, kini aku kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali.


Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin. Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dengan keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.


Kupandangi wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.


Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.


Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Andi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.Kuhampiri Andi yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.


Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak berani.


Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.


Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.


Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.


“OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.


Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.


Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.


Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas tubuhku.Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.


Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.


Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.


Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal vaginaku.


Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak memperhatikan.Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.


“Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak EdwinAku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi.Dan selesailah official meeting hari ini.


Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.


Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.“Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.


Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.


Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Andi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.